PEMBENTUKAN SPERMA (SPERMATOGENESIS)
Aneu Nurhanifah Hanani (1132060007)
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2015
1 .
PENDAHULUAN
Gametogenesis adalah
proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Dapat pula diartikan sebagai suatu
proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk menghasilkan
individu baru.
Pada hewan jantan peroses ini disebut sepermatogenesis, yang akan menghasilkan
sepermatozoa. (Endri, 2014).
Pada hewan jantan, proses
gametogenesis disebut dengan spermatogenesis, yang akan menghasilkan sperma. Spermatosit primer mengalami
pembelahan reduksi atau pembelahan meiosis, yang menghasilkan spermatosit sekunder yang haploid. Spermatosit sekunder membelah dan menghasilkan spermatid yang kemudian akan berkembang
menjadi spermatozoa. (Setiawan, 2002).
Pada masa pubertas, spermatogenesis berlanjut,
dimana spermatogonia berpropelisasi menghasilkan mangkin banyak spermatogonia,
yang masing masing mengndung 23 pasang kromosom atau diploid. Beberapa
sepermatogonia berdifrensiasi menjadi seperma primer yang juga diploid. Sel-sel
spermatosit perimer tersebut kemudian membelah secara meiosis menjadi dua
sepermatosit sekunder dengan jumlah keromosom menjadi setengah yaitu 23
kromosom atau haploid. Selanjutnya sprmatid sekunder membelah lagi secara
miosis menjadi empat sepermatid. Keempat sepermatid itu memasuki ujung sel-sel
sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoa yang menrupakan tahap ahir
dari pembentukan sperma. Tahap-tahap ini bermula dari dinding dalam duktus
seminiferus menuju ke arah lumen mengandung sel spermatogonia, spermtosit
primer, spermatosit sekunder, sprmatid,serta spermatozoa (Ferial, 20013).
Menurut
Adnan (2008), spermatogenesis berlangsung didalam testis. Tepatnya pada dinding
tubulus seminiferus. Proses ini berlangsung mulai dari dinding tepi sampai
lumen tubulus seminiferus yang tersusun atas dua komponen utama yaitu sel
somatik berupa sel sertoli dan sel germa. Tingkatan perkembangan sel germa
dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut :
1.
Spermatogonium
: Ukuran relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak
berderet didekat/melekat membran basalis.
2.
Spermatosit
I : Ukuran paling besar, bentuk ulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh
dari membran basalis.
3.
Spermatosit
II : Ukuran agak kecil (½ x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih
kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
4.
Spermatid
: Ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang pignotis,
letak didekat lumen.
5.
Spermatozoid
: Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda
terdapat didalam lumen.
Spermatogenesis
dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut
spermatosit primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit sekunder yang
sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid
yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian
besar protoplasma merupakan gamet dewas dengan sejumlah kromosom haploid .
suatu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan
pembelahan sel, mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsiolnal (Ville, 1984).
Spermatogenesis
dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron disintesis
oleh sel-sel intertisial testis atau
sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara tubulus seminiferus
testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia merangsang
spermatogenesis.produksi testosterone oleh sel leydig diatur oleh hormon
gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial
Cell Simulating Hormone (ICSH) (Adnan, 2008).
2.
METODELOGI PENELITIAN
Praktikum yang berjudul Spermatogenesis ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 04 Maret 2016, pukul 8.00-10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Terpadu Universitas UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum
spermatogenesis yaitu untuk mempelajari proses
perkembangan sel kelamin jantan (spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan
dengan prosesnya.
Adapun alat yang digunakan
pada praktium kali ini adalah mikroskop dan bahan yang digunakan adalah berbagai jenis preparat
meliputi: preparat penis, testis
pididimis, kelenjar testis mamalia, spermatozoa, testis gland mamalia dan penis
melintang.
Langkah kerja
yang kami lakukan pada percobaan ini sangatlah simple. Meletakan jenis preparat
yang akan diamati dibawah mikroskop dengan mengatur pembesaran dari yang
terkecil hingga yangn terbesar, lalu amati ciri-ciri yang dapat terlihat dan
bandingkan dengan literatur.
3.
HASIL DAN DISKUSI
Berikut
ini adalah tabel hasil pengamatan dari berbagai jenis preparat yang kami amati:
Tabel 1
Hasil Pengamatan Spermatogenesis
No
|
Hasil Dokumentasi
|
Hasil Literatur
|
Keterangan
|
1.
|
|
Sumber:
|
Preparat (37)
Penis
|
2.
|
Pembesaran 6x10
|
Sumber:
Eroschenko, 2010 : 435
|
Preparat (4)
Testis Epididimis
|
3.
|
Pembesaran 10x40
|
Sumber:
Eroschenko, 2010 : 431.
|
Preparat (BA
33 D 11) Kelenjar Testis Mamalia
|
4.
|
Pembesaran 6x4
|
Sumber:
|
Preparat (38)
Testis
|
5.
|
Pembesaran 6x4
|
Sumber:
Suripto, 1994 : 186.
|
Preparat (HUS
510-1) Testis
|
6.
|
Pembesaran 10x10
|
Sumber:
|
Preparat (8) Testis Gland Mammalian
|
7.
|
Pembesaran 10x10
|
|
Preparat (39) Spermatozoa
|
8.
|
Pembesaran 10x4
|
Sumber:
Eroschenko, 2010 : 449
|
Preparat (37) Penis Melintang
|
1.
Penis
Penis, berfungsi sebagai alat senggama dan
sebagai saluran untuk menyalurkan sperma dan air seni. Organ
kopulatoris hewan jantan, penis, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin
dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri
dari akar, badan dan ujung bebas yang berakhir pada kepala penis (Toelihere,
1985).
Pada preparat penis melintang telik
dihat ada tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga terletak
dibagian atas dan satu rongga lagi
berada dibagian bawah. Hal ini sesuai dengan penyataan Rochmah, dkk
(2009) Penis manusia terdiri dari tiga
kolom jaringan: dua corpora cavernosa yang terletak di samping satu sama lain
pada sisi dorsal dan satu korpus spongiosum yang terletak di antara corpora
cavernosa pada sisi ventral. Corpus cavernosum penis terlihat relatif besar dan
diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica albuginea.
Di bagian ventral terdapat corpus cavernicum urethrae, suatu struktur yang
relatif lebih kecil yang mengelilingi uretra.
Bagian ujung korpus spongiosum yang bentuknya membesar dan
bulat membentuk glans penis, yang mendukung kulup atau preputium (lipatan
longgar kulit, yang pada orang dewasa dapat menarik untuk menyingkap glans
penis). Daerah di bagian bawah penis, di mana kulup menempel disebut frenum
atau frenulum. Dasar berbentuk bulat bulat dari glans penis disebut korona.
Raphe perineum adalah garis yang terlihat di sepanjang bagian bawah penis Rochmah,
dkk (2009).
2.
Testis
Pengamatan
terhadap preparat histologi testis mamalia, tampak berbentuk oval dengna jumlah
sepasang yang tampak dibungkus oleh suatu lapisan dan dibagian dalamnya
terlihat seperti banyak sekali saluran yang menggulung membentuk formasi. Hal
ini sesuai dengan pernytaan Wischnitzers (1967) bahwa testis terdiri dari sepasang
gonad yang berbentuk oval. Testis dibungkus skrotum yang terdiri dari tiga atau
empat lapisan. Lapis superficial kulit, dibawahnya terdapat lapis fibrosa dan
jaringan otot yaitu tunica dartos dibawahnya terdapat tunica vaginalis yang
menutupi dinding skrotum. Bagian dalam testis terdapat lobuli-lobuli yang
didalamnya terdiri dari saluran-saluran kecil yang bergulung disebut tubulus
seminiferus yang menghasilkan dan berisi spermatozoa.
Dapat
kita amati bagian-bagiannya yaitu tubulus seminiferus. Dimana pada bagian
tubulus seminiferus tersebut dapat diamati bagian lumen, sel-sel spermatosit
dan sperma. Spermatogenesis berlangsung di dalam testis tepatnya pada dinding
tubulus seminiferus. Proses spermatogenesis berlangsung dari tepi ke bagian
dalam (lumen). Adapun tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Spermatogonium:
Ukuran relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak
berderet di dekat/melekat pada membran basalis.
b)
Spermatosit
I: Ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh
dari membrane basalis.
c)
Spermatosit
II: Ukuran agak kecil (setengah kali dari spermatosit I), bentuk bulat, warna
inti lebih kuat, letak makin menjauhi membrane basalis (mendekati lumen).
d)
Spermatid:
Ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak
di dekat lumen.
e)
Spermatozoid:
Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat
di dalam lumen.
f)
Sel
sertoli: berperan dalam menyusun dinding tubulus seminiferus dan berfungsi
nutritive, proteksi, dan regulator.
g)
Sel
interstitial: terleak di antara tubulus seminiferus dengan komponen seluler
utamanya adalah sel leydig yang berfungsi untuk mensintesis hormon androgen,
misalnya testosteron.
3.
Testis Epididimis
Epididimis, yaitu saluran-saluran yang lebih
besar dan berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi hal ini sesuai
dengan pendapat Wischnitzers (1967) bahwa, epididimis adalah suatu
struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Mengandung duktus epididimidis
yang sangat berliku-liku. Epididimis dapat dibagi atas kepala, badan dan ekor.
Epididimis terletak dibagian permukaan dorsal testis. Organ tersebut terdiri
dari tubulus-tubulus yang bersambung dari testis melalui ductus efferentes yang
lembut.
Epididimis mempunyai fungsi utama:
pengangkutan, konsentrasi, maturasi dan penyimpanan sperma (Toelihere, 1985).
Menurut Clermont (1962) dan Sutyarso (1992), pada fase maturasi sperma yang
telah matang akan segera dilepaskan kedalam lumen tubulus seminiferus. Menurut
Toelihere (1985), pada proses maturasi, spermatozoa membutuhkan bahan utama
yang terdiri atas ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein, asam sialat,
glikogen, asam laktat, gliserol fosforilkolin) serta enzim yang semuanya
dihasilkan oleh lumen epididimis. Poerwodihardjo (1985) menambahkan bahwa
epididimis merupakan penghubung antara kelenjar testis dengan vas deferens.
Epididimis berfungsi untuk
pematangan spermatozoa dan untuk menyimpan spermatozoa yang sudah matang
(dewasa). Saluran epididimis dan vas deferen juga berfungsi untuk transpor
spermatozoa. Proses pendewasaan sperma (maturasi sperma) merupakan hal yang
sangat penting untuk memperoleh kualitas sperma yang baik. Sperma yang memasuki
epididimis akan mengalami perubahan morfologis dan biokimia untuk memperoleh
kapasitas fertilisasi maksimum. Proses maturasi ini meliputi juga perubahan
struktural diantara bagian kepala dan ekor sperma serta perubahan unsur-unsur
permukaan kepala sperma disertai peningkatan motilitas sperma progresif. Penyimpanan sperma pada epididimis
dilakukan pada bagian kauda epididimis.Pada daerah ini, konsentrasi sperma
relatif tinggi dengan lumen duktus epididimis yang lebar. Proses perkembangan
epididimis berjalan seiring dengan perkembangan reproduksi itu sendiri.
Perkembangan epididimis yang optimal diperlukan untuk mendukung proses
spermatogenesis yang telah dilakukan pada organ testis terlebih dahulu.
Hubungan antara produksi sperma dengan cadangan atau depot sperma di dalam
epididimis adalah rendah.
4.
Spermatozoa
Pada preparat kering spermatozoa dapat kami amati strukturnya yaitu terdiri
dari kepala, leher dan ekor. Hal ini sesuai dengan Garner dan Hafez (2000)
membagi spermatozoa menjadi dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Kepala
spermatozoa berbentuk bulat, lonjong, dan pipih. Kepala spermatozoa terdiri
atas bagian akrosom anterior dan post akrosomal posterior. Akrosom anterior
dibungkus oleh tudung akrosom yang merupakan struktur berupa dua lapis membran
diantara plasma membran dan anterior kepala spermatozoa. Kandungan tudung
akrosom adalah akrosin, hyaluronidase, dan enzim hidrolitik lainnya yang
berfungsi untuk menembus ovarium dan membran oosit. Kepala juga berisi kromosom
atau untaian DNA (Barth, 1989).
Dan diperkuat dengan penyataan Nallella KP
(2005), bahwa spermatozoa terdiri atas sel berinti dengan sedikit sitoplasma
dan lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar terdapat
selubung akrosom yang dibentuk dari alat Golgi. Akrosom ini mengandung enzim
yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom pada sel-sel tertentu,
termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna filamen proteoglikan dari jaringan,
dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzim-enzim tersebut mempunyai peranan
penting dalam hal memungkinkan sperma untuk membuahi ovum. Ekor spermatozoa
atau flagellum, memiliki 3 komponen utama, yaitu: rangka pusat, membran sel,
dan sekelompok mitokondria yang terdapat pada proximal dari ekor.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan.
FMIPA UNM: Makassar.
Barth
AD and Oko RJ. 1989. Abnormal Morphology of Bovine Spermatozoa. Iowa: Iowa State
University Press.
Hafez
ESE Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animal (7th ed.).
Philadelphia: Lippincott
Williams & Wikins USA.
Irfanuddin 2004. Fisiologi
Sistem Reproduksi. FK UNSRI: Inderalaya.
Nallella
KP, dkk. 2005. Identification
of Male Factor
Infertility Using
a Novel Semen
Quality Score
and Reactive Oxygen
Species Levels Clinics.
Partodihardjo, Soebadi. 1987. Ilmu
Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M.
Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.
Slamet, Adeng, Santoso,
Lucia Maria, Riyanto. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNSRI: Inderalaya.
Sukra, Yuhara. 1999. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN.
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.
Ville, Walker, dan Barnes. 1984.
Zoology umum edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Yatim, Wildam. 1994. Reproduksi dan
Embriologi. Tarsito: Bandung.
Sangat bermanfaat ilmu nya😊
ReplyDeleteMakasih ilmunya🤗
ReplyDeleteMakasih ibu😊😊
ReplyDeleteJazakillah👍
ReplyDeleteThank you bu,sangat membantu☺️☺️
ReplyDeleteAda kata / istilah yang belum di mengerti
ReplyDeleteSyukron😊
ReplyDeleteMakasih bu
ReplyDeleteManfaat banget ilmunya
ReplyDeleteTerimakasih bu sangat membantu
ReplyDeleteSyukron Bu🙏
ReplyDeleteSangat membantu apalagi untuk jadi yang cita cita nya jadi dokter
ReplyDeleteTrimaksihh😄❤
ReplyDeleteMakasih ilmu nya
ReplyDeleteTau nieh tujuan dilaksanakan praktikum spermatogenis dan alat yang digunakan pada praktikum..
ReplyDeleteSyukron Ibu🙏
Jazakillah Khoyran
Makasih bu
ReplyDelete-Rsha
Subhanallah kekuasaan allah
ReplyDeleteMakasih ibu ilmu nya😊
ReplyDeleteTerimakasih atas ilmu nya
ReplyDeleteMksii Informasinya
ReplyDeleteMakasih buat ilmunya😊 semoga bermanfaat
ReplyDelete