Tuesday, March 26, 2019

Laporan Praktikum Uji Sensorik dan Motorik (Pada Mencit)



Judul             : Uji sensorik dan motorik
Tanggal        : 26 November 2019
Tujuan         :
1.     Melakukan uji sensorik penciuman (olfactory avoidance test) pada anak mencit
2.    Melakuan uji motorik yang meliputi kemampuan refleks membalikkan badan, menghindari jurang, geotaksis negatif, pola perilaku lokomosi dan uji kemampuan beranang
3.      Membandingkan kemampuan refleks sensoris dan motoris mencit kontrol (tanpa perlakuan) dengan mencit yang di berikan perlakuan asap rokok dan obat nyamuk bakar secara inhalasi
D. Analisis Pembahasan
            Salah satu sifat dasar pada sel saraf adalah iritabilitas. Iritabilitas yaitu kemampuan untuk mengadakan respon bila mendapat rangsangan (Suripto dan Goenarso, 2005: 814).
           Perilaku merupakan manifestasi fungsi berbagai sistem dalam tubuh salah satunya sistem saraf, khususnya otak. Oleh karena itu penyimpangan perilaku dapat merupakan indikator kelainan fungsi otak (Team Pengajar, 2015: 20)
          Hubungan antara rangsang dan tanggapan merupakan hubungan yang sangat rumit, dan ternyata ada hubungan yang erat antara kekuatan rangsang dan tanggapan yang dihasilkan oleh hewan, pemberian suatu jenis rangsang yang sama tidak selalu menimbulkan tanggapan yang sama, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan reseptor untuk beradaptasi  terhadap rangsang yang diterimanya (Isnaeni, 2005: 89)
           Pada dasarnya, sistem saraf pada mencit hampir sama dengan manusia sehingga mencit sering digunkan untuk proses penelitian dalam hal mengetahui tentang manusia. Pada praktikum digunakan mencit muda (anak mencit), karena mencit muda memiliki sambungan-sambungan saraf yang masih baik atau lebih baik daripada mencit dewasa.
Profil mencit
Taksonomi: Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Mammalia, Ordo : Rodentia, Famili :Muridae, Genus : Mus, Spesies : M. Musculus
Morfologi: 65-95 mm panjang dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka,ekor 60-105 mm. Bulu mereka berkisar dalam warna dari cokelat muda sampai hitam, dan mereka umumnya memiliki putih atau bellys Buffy. memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu. Habitat: Tikus rumah umumnya tinggal di dekat dengan manusia – di rumah-rumah, gudang, lumbung, dll Mereka juga menduduki ladang yang ditanami, fencerows, dan bahkan daerah-daerah berhutan, tapi mereka jarang menyimpang jauh dari bangunan. Beberapa individu menghabiskan musim panas di ladang dan pindah ke lumbung dan rumah-rumah dengan mulainya musim gugur cuaca dingin. Kisaran toleransi suhu: Mencit merupakan hewan endoterm.  hewan endoterm cenderung menjaga suhu tubuh yang konstan. Akan tetapi, mereka secara umum membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga kekonstanan suhu tubuhnya yang cukup tinggi tersebut. Respirasi: Berdasarkan Gordon (1977), dalam keadaan istirahat, seekor mencit memiliki laju konsumsi oksigen sebesar 2,5 ml/gr/jam, sedangkan pada saat aktif sebesar 20 ml/gr/jam. Hasil pengukuran yang didapat saat praktikum menunjukan bahwa laju konsumsi oksigen oleh mencit adalah sebesar 9.794275 ml O2/gram/jam. Hal ini menunjukan bahwa mencit ini tidak sedang berada dalam keadaan istirahat, namun tidak dalam keadaan yang sangat aktif pula. Reproduction: Tikus rumah memiliki sistem perkawinan poligini. Penemuan baru-baru ini lagu ultrasonik dihasilkan oleh tikus jantan, saat berhubungan dengan jenis kelamin perempuan feromon, menunjukkan bahwa perilaku ini mungkin terlibat  dalam pasangan pilihan (Animal Diversity, 2011: Html)
Hasil pengamatan uji sensorik
1.       Penciuman
Individu
Uji pakan (roti)
Aseton
Kayu putih
Parfum
Normal
(-)
(+)
(+)
(-)
Asap rokok
(-)
(+)
(+)
(-)
Obat nyamuk
(-)
(+)
(+)
(-)

             Dari hasil pengamatan 3 nencit dengan perlakuan berbeda tersebut semua mencit mendekati pakan, kemungkinan mencit yang mendekati pakannya sedang lapar dan ingin makan, ia respon terhadap hal yang selama ini menjadi sesuatu yang tidak asing baginya. Hal ini dapat disebabkan karena stimulus dapat diterima mencit secara normal dan disampaikan oleh saraf sensoris ke saraf pusat ketika, sehingga mencit itu mencium pakannya dan mencit merespon dengan mendekati makanan tersebut.
             Pada uji aseton dan minyak kayu putih semua mencit memiliki respon sama yaitu menghindari kedua bahan ini. Menandakan kemampuan sensoris mencit untuk menghindari bau zat asing adalah normal, respon yang mencit interpretasikan adalah bahwa bahan tersebut berbahaya untuk dirinya, baunya yang sangat menyengat membuat mencit-mencit menjadi pusing dan menghindarinya, perlakuan asap rokok dan asap obat nyamuk tidak berpengaruh terhadap kemampuan sensoris tikus, mungkin karena penggunaannya dalam jangka pendek, dan keadaan mencit mungkin masih stabil.
        Sedangkan pada uji parfum  semua mencit mendekat, menandakan bahwa terdapat ketidaknormalan, yang seharusnya tikus kontrol menjauh, mungkin karena mencit sudah mencium bau kayu putih dan aseton terlebih dahulu sehingga mencit menjadi resisten terhadap zat asing pada organ sensorisnya, atau mungkin banyaknya perlakuan yang tidak biasa sebelumnya membuat mencit dalam keadaan stress sehingga memperlambat respon sensorisnya, atau penerimaaan sinyal syaraf pusat sedang tidak baik sehingga mencit tidak dapat merespon dengan normal.
Hasil pengamatan uji motorik
1.       Gerak refleks
Individu
SRR (detik)
CAR (detik)
NGR (detik)
Kontrol
0,59
1,11
2,74
Asap rokok
1,8
2,25
2,3
Obat nyamuk
0,6
3,6
12,4
         Pada uji gerak refleks SRR, mencit dengan perlakuan asap rokok dan obat nyamuk membutuhkan waktu yang lebih lama dengan mencit kontrol, hal tersebut bisa diakibatkan karena asap rokok dan obat nyamuk mengandung zat-zat berbahaya yang dapat mempengaruhi saraf-saraf pada mencit sehingga mempengaruhi respon motorik mencit.
         Pada uji CAR mencit denganperlakuan obat nyamuk memiliki kemampuan respon motorik yang lebih lambat untuk menhindari bahaya ( dalam hal ini berupa jurang) daripada 2 tikus lainnya, hal tersebut sesuai dengan dasar teori seperti yang di lansir dalam detikhealt (2011: Html) bahwa dalam 1 kumparan asap obat nyamuk bakar lebih berbahaya dari 100 batang rokok
Ada beberapa racun yang terdapat dalam produk obat nyamuk. Salah satunya adalah diklorvos atau DDVP (dichlorovynil dimetyl phosfat), Zat tersebut sudah dilarang di seluruh dunia karena termasuk racun kelas 1, Jika terkena paparan zat ini dalam jangka panjang, menyebabkan kerusakan syaraf.
       Pada uji NGR pun demikian yaitu mencit dengan perlakuan obat nyamuk memiliki respon motoris untuk berbalik dari bidang miring sangat lambat dibanding sampel mencit lainnya, hal tersebut mengindikasikan pengaruh zat DDVP pada asap obat nyamuk sudah bereaksi lebih optimal pada sistem saraf  mencit, sedangkan pada mencit kontrol respon motoris lebih lambat daripada perlakuan asap rokok, ketidak sesuaian tersebut mungkin karena keadaan mencit kontrol yang stress yang tidak terbiasa dengan perlakuan-perlakuan asing bagi dirinya, seperti diangkat dari satu tangan ke tangan lain, melihat flash pada kamera, dan lainnya. sedangkan  mencit perlakuan asap rokok, walaupun zat pada rokok mungkin merusak sarafnya, namun keadaannya masih stabil, alasan lain atas kesesuaian tersebut bisa terjadi akibat adanya kelainan penyakit pasca lahir pada tikus seperti misalnya penyakit parkinson, yaitu suatu penyakit gangguan motorik, yang dicirikan oleh kesulitan dalam menginisiasi gerakan-gerakan, pergerakan yang lambat, dan kekakuan tubuh. penderitanya seringkali mengalami tremor otot, keseimbangan buruk, dan jalan yang tetatih-tatih
Uji Lokomosi
        Lokomosi adalah pergerakan aktif dari satu tempat ke tempat lain, diantaranya untuk mencari makan, mencari pasangan kawin, serta untuk menghindari bahaya. Hewan memiliki aneka ragam lokomosi, semua mode lokomosi mensyaratkan agar seekor hewan menggunakan energi untuk mengatasi dua gaya yang cenderung menjaganya tetap diam: gaya gesek dan gaya gravitasi (Campbel et al, 2008: 288)
2.       Lokomsi berjalan
No.
Perlakuan
Pola Berjalan
Waktu (s)
1.
Normal
Step
5,78 s
2.
Rokok
Step
2,18 s
3.
Obat Nyamuk
Step
6,33 s

          Pada uji Lokomosi berjalan semua sampel mencit berjalan dengan step, atau selangkah demi selangkah, hal tersebut merupakan bentuk kewaspadaan mencit untuk berjalan pada bidang yang sempit. Mencit dengan perlakuan asap rokok memiliki kemampuan lokomosi berjalan lebih cepat pada bidang sempit, hal tersebut disebabkan karena, asap rokok yang diberikan pada mencit, bersifat jangka pendek, seperti yang dikatakan Jarvis (2014) bahwa nikotin pada rokok merupakan stimulan psikomotor, pada penggunaan jangka pendek akan mempercepat reaksi dan meningkatkan performa pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian, namun pada penggunaan jangka panjang akan  mengakibatkan penurunan performa dan proses kognitif serta mood yang tidak disadari. Kelambatan lokomosi berjalan pada tikus kontrol bisa terjadi karena keadaan tikus stress atau adanya kelainan sistem saraf seperti misalnya kelainan penyakit pasca lahir pada tikus seperti misalnya penyakit parkinson, yaitu suatu penyakit gangguan motorik, yang dicirikan oleh kesulitan dalam menginisiasi gerakan-gerakan, pergerakan yang lambat, dan kekakuan tubuh. penderitanya seringkali mengalami tremor otot, keseimbangan buruk, dan jalan yang tetatih-tatih
3.       Lokomosi berenang
No.
Perlakuan
Skor
Arah
Sudut
Anggota Badan
1.
Normal
 2
3
2
2.
Rokok
2
4
2
3.
Obat Nyamuk
2
4
2
       Pada hasil uji lokomosi berenang semua sampel mencit memiliki cara berenang yang sama, kecuali sudut berenang pada mencit normal yaitu bagian kepala, mata, dan setengah telinga diatas permukaan air. Hal tersebut tidak sesuai, seharusnya mencit kontrol memiliki kemampuan yang lebih baik daripada mencit yang diberi perlakuan, ketidaksesuaian tersebut bisa terjadi karena keadaan mencit kontrol yang stress, atau terdapat kelainan penyakit saraf pada mencit seperti yang telah dibahas sebelumnya.
       Nikotin dalam rokok akan beraksi di otak 10 detik setelah menghisap rokok, nikotin berikatan dengan reseptor nikotinik yang akan memfasilitasi pelepasan neurotransmitter noradrenergik di locus ceroleus, poses itu penting dalam fungsi kognitif, memori, kewaspadaan dan menurunkan nafsu makan (Svensson et al., 2000)
          Dari seluruh hasil praktikum ketidaksesuaian dalam praktikum selain yang telah disebutkan diatas juga bisa terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepekaan rangsangan seseorang diantaranya: Jenis kelamin pada umumnya, wanita lebih peka dibandiung laki laki dalam merasakan sesuatu. Usia pada umumnya, kemampuan seseorang dalam merasa, mencium mendengar dan melihat semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi fisilologis panelis yang mempengaruhi kepekaannya adalah kondisi lapar ataupun kenyang, kelelahan, sakit, obat, waktu bangun tidur, dan merokok. Faktor genetis juga diketahui dapat mempengaruhi persepsi sensori seseorang (Guinan, 2006: 321).
               
Daftar Pustaka
Campbel., et al. 2008. Biologi Edisi delapan Jilid III. Erlangga: Jakarta
Goenarso, Darmadi., Suripto. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka: Jakarta
Guinan, J.J. “Olivocochlear Efferents: Anatomy, Physiology, Function, and the Measurement of Efferent Effects      in Humans,” . (2006). Ear & Hearing 27,589-607.
Isnaeni, Wiwi. 2005. Fisiologi hewan. Kanisius: Yogyakarta
Nurdiani, Winda. 2009. Uji Sensoris Motoris. Pendidikan Biologi UIN SGD BDG: Bandung
Svensson, T.H., 2000. Dysfunctional Brain Dopamine System induced by psycotomimetic NMDA Receptors             Anatagonist and the effect of antipsychotics drugs. Brain Res. Rev. 31 (2-3): 320-329
Team Pengajar. 2015. Modul Praktikum Fisiologi hewan. Pendidikan Biologi UIN SGD: Bandung
 www. Detikhealt.com/2011

24 comments:

  1. Mksii buat ilmu nya ibuu😊👍

    ReplyDelete
  2. Syukron ibu Ilmunya🙏
    Jazakillah

    ReplyDelete
  3. Pusing duh bacanya tapi bermanfaat banget bu

    ReplyDelete
  4. Syukron ibu Ilmunya🙏
    Jazakillah khoyran

    ReplyDelete

Kurikulum merdeka