REPRODUKSI
HEWAN JANTAN PADA MENCIT (Mus Musculus)
1.
PENDAHULUAN
Salah satu
ciri-ciri makhluk hidup yaitu dapat
berkembang biak, sebagaimana yang kita ketahui, dengan berkembang biak maka
makhluk hidup dapat mempertahankan speciesnya. Makhluk hidup seperti hewan dan
manusia mampu berkembang biak karena memiliki alat atau organ – organ
reproduksi yang akan berfungsi pada saat hewan dan manusia telah dewasa. Pada
hewan-hewan dengan taksa yang tinggi seperti mamalia, alat-alat reproduksinya
biasanya lebih terspesialisasi dan dilengkapi dengan kelamin luar.
Hewan jantan memiliki organ-organ reproduksi khusus
dimana bentuk dan fungsinya berbeda satu sama lain. Pada hewan tertentu
memiliki organ reproduksi internal dan juga eksternal. Organ-organ reproduksi
yang letaknya di dalam tubuh hewan
dinamakan sistem reproduksi internal, adapun yang berada di luar tubuh
disebut sistem reproduksi eksternal.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi
karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda
menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. (Pratiwi, 1996).
Bagi
hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ
kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme
jantan ke betina, pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis (Campbell,
2004).
Baik fertilisasi internal maupun eksternal bergantung
pada mekanisme yang menjamin bahwa sperma dewasa menemukan telur yang fertil
dari spesies yang sama. Fertilisasi eksternal dan internal memerlukan
pengaturan waktu yang kritis yang seringkali diperantarai oleh petunjuk
lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal
memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina dan
juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok (Campbell, 2004).
Organ
reproduksi jantan yaitu testis, tubulus seminiferus, dan epididimis. Testis
merupakan irgan utama pada jantan, biasanya berpasangan dan fungsi adalah
menghasilkan sperma dan hormon reproduksi jantan utamanya androgen. Tubulus
seminifeus terdiri atas jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, dan epitel
germinitivum. Epitel germinal terdiri dari 4-8 lapisan sel yang menempati ruang
antara membrane basalis dan lumen tubulus. Epididimis dibatasi oleh jaringan
ikat pada bagian luar, lapisan otot polos ditengah, dan epitel berlapis banyak
palsu bersilia di bagian dalam. Pada tikus dan mencit, testis hanya terdiri
dari satu ruangan saja. Di dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang
melilit disebut tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis
(Adnan, 2010).
Sistem reproduksi eksternal pastinya mudah diamati menggunakan mata
telanjang, namun untuk mengamati sistem reproduksi internal perlu dilakukan
suatu pembedahan agar organ – organ
reproduksi tersebut bisa terlihat dengan jelas. Praktikum kali ini kami akan
membedah mencit untuk melihat sistem reproduksi internal. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum yang berjudul “Sistem Reproduksi
Jantan”.
Alasan
yang pertama adalah tikus merupakan hewan yang tidak akan terancam punah.
Penyebabnya adalah tikus memiliki proses reproduksi yang tidak terlalu lama.
Selain itu, jangka waktu hidup mereka hanya berkisar antara dua hingga tiga
tahun. Tikus
gampang adaptasi; selain dari sisi populasi, pertimbangan lain
adalah perilaku tikus itu sendiri. Hewan ini sangat gampang untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru. Selain itu, bentuk tikus yang kecil membuat para
peneliti mudah dalam menanganinya. Struktur tubuh tikus yang mudah dipahami; Perubahan pada struktur anatomi, fisiologi,
dan genetika pada tikus saat percobaan lebih mudah dipahami oleh para peneliti.
Karakteristik
tikus yang mirip dengan manusia; Beberapa kajian tentang diabetes, obesitas,
kanker, penyakit jantung dan termasuk reproduksinya menggunakan tikus sebagai
percobaan. Hal ini dikarenakan karakter biologis dan tingkah laku serta struktur
gennya yang mirip dengan manusia membantu hasil penelitian yang lebih akurat.
Mencit
memiliki panjang 65-95mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka, mereka
adalah ekor 60-105 mm. Bulu mereka berkisar antara warna cokelat muda sampai
hitam, dan umumnya berwarna putih atau bellys Buffy. Mencit memiliki ekor
panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik
(annulations). Tikus rumah cenderung memiliki bulu panjang dan lebih gelap
ketika hidup erat dengan manusia. Beratnya berkisar antara 12-30g. Banyak tikus
domestik telah dikembangkan, dan bervariasi dalam warnam, dari putih menjadi
hitam dan bintik-bintik (Radiopoetro, 1996).
Spermatogenesis Mencit
Spermatogenesis merupakan proses perkembangan
sel-sel spermatogenik yang terdiri dari 3 tahap yaitu, tahap
spermatositogenesis atau proliferasi, tahap meiosis dan spermiogenesis.
Spermatositogenesis merupakan proliferasi sel induk spermatogonia yang membelah
secara mitosis menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer mengalami
pembelahan meiosis I menjadi spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis I terdiri
dari profase, metafase, anafse dan telofase. Profase dari spermatosit primer
dibedakan menjadi leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakinesis.
Spermatosit pakiten merupakan sel yang mudah diamati karena memiliki kromatid
tebal, memendek, dan ukuran relatif besar dibandingkan sel spermatogenik yang
lainnya. Pada pembelahan meiosis II spermatosit sekunder menjadi spermatid.
Spermatid mengalami perubahan morfologi dari bentuk bulat menjadi bentuk oval
dan berekor yaitu spermatozoa melalui proses spermatogenesis yang ditunjukkan
pada Spermatozoa yang baru dibentuk ini bersifat immotiledan tidak bisa
mengadakan fertilisasi. Spermatozoa menjadi motile saat melewati epidimis dan
setelah melewati sistem reproduksi betina spermatozoa mengadakan fertilisasi. Bentuk
akhir spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor, seperti ditunjukkan pada gambar
berikut:
Spermatogenesis
pada mencit memerlukan waktu selama 35,5 hari setelah menempuh 4 kali daur
epitel seminiferus. Lama satu daur epitel Seminiferus pada mencit adalah 207±6
jam. Berlangsungnya spermatogenesis pada tubulus seminiferus melibatkan poros
hipotalamus, hipofisis dan testis. GnRH hipotalamus merangsang hipofisis
anterior untuk mensekresikan LH dan FSH. LH mempengaruhi spermatogenesis
melalui testosteron yang dihasilkan oleh sel Ley dig. FSH berpengaruh langsung
terhadap sel Sertoli dalam tubulus Seminiferus. FSH meningkatkan sintesis
protein pengikat hormon androgen (ABP). ABP merupakan glikoprotein yang
mengikat testosteron. ABP disekresikan ke dalam lumen tubulus seminiferus dan
dalam proses ini testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig diangkut dengan
konsentrasi yang tinggi ke tubulus seminiferusKomposisi cairan sperma
sebenarnya tidak semuanya terdiri dari sel sperma (spermatozoa). 95 hingga 98%
air yang berasal dari kelenjar prostat dan vesikula seminalis, sedangkan
sisanya adalah spermatozoa dalam bentuk konsentrat yang terbungkus dalam gel-gel
atau Kristal.
Alat reproduksi
mencit jantan terdiri dari sepasang kelenjar testis, uretra dan penis. Pengaruh luar seperti suara keras, pakan,
cahaya, kondisi kandang memegang peranan
penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan dengan testis pada mencit jantan (Kusumawati,
2004: 49).
2.
BAHAN DAN
METODE
Bahan yang diperlukan dalam praktikum
reproduksi jantan ini yaitu: kloroform, NaCl fisologis, kapas, sedangkan alat
yang digunakan dalam praktikum reproduksi jantan ini yaitu: mikroskop,
hemasitometer, cover glass, pipet, beaker glass, alat bedah, papan bedah,
jarum, cawan petri, counter.
Pertama kali yang dilakukan yaitu menentukan
mencit jantan, lalu memasukannya kedalam suatu tempat yang tertutup rapat lalu
memasukan kapas yang telah mengandung klorofom yang berfungsi sebagai
pembius. Karena menurut Kamus Kimia (Balai Pustaka, 2002)
kloroform diartikan sebagai zat cair tanpa warna, dengan bau manis, menyenangkan
dan anestetik. Kloroform disebut juga haloform.
Hal ini disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan metal keton; yang menghasilkan masing-masing bromoform dan kloroform. Hal ini disebut
CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform.
Setelah
mencit tidak sadar mencit diletakan di atas papan bedah dalam posisi menghadap ke atas atau terentang. Untuk mengamati alat reproduksi bagian luar, maka diperlukan posisi mencit yang tepat
yaitu dengan menggunakan pinset untuk
memegang kaki mencit, menusuk kaki mencit dengan
pentul supaya dapat menempel pada papan bedah, melakukan cara yang sama
pada kaki yang lain, menggunting bagian kulit
dada (dibawah leher) secara melintang lurus ke arah kaki depan, melakukan hal yang sama pada bagian bawah abdomen, lurus dengan kaki
belakang, menggunting kulit perut (bagian medial) lurus ke arah dada (pectoral), lalu memegang kulit yang sudah terpotong dengan pinset dan menarik kearah lateral, gunakan pinset untuk menempelkan kulit mencit pada
papan bedah,
memulai pembedahan dari dada secara melintang menggunakan
gunting dengan posisi mata tumpul ke dalam, memotong otot abdomen
bagian bawah secara melintang dekat anus, melakukan hal yang sama
pada bagian median bawah lurus kearah pectoral, bila ada darah mengalir,
keringkan dengan mengguankan kapas bersih, memegang setiap otot
abdomen yang telah terbuka dengan pinset dan menempelkannya pada papan bedah dengan menggunakan jarum pentul. Selanjutnya melepaskan bagian visera secara hati-hati dengan menggunakan gunting tajam
dan pinset
serta melakukan pengamatan pada alat reproduksi bagian dalam. Pada mencit jantan, mengamati
vesikula seminalis dan vas deferens, testis, skrotum,
epididimis,
organ ginjal dan salurannya yang menghubungkan ke uretra.
Setelah diidentifikasi masing-masing organ
tersebut maka diambil testis dan memotongnya menjadi dua belahan yang simetris
lalu dimasukkan kedalam cawan petri yang telah bersisi larutan NaCl 0,9%
sebanyak 49 tetes (pipet kecil) kemudian, di keluarkan cairan sperma yang
terdapat didalam testis dengan menggerak-gerakan testis dengan pinset penjepit,
apabila masih blum keluar maka dilakukan dengan pencacahan sampai cairan bening
keluar dari dalam testis.
NaCl 0,9% yang dikenal sebagai garam merupakan larutan
yang memiliki tingkat tekanan osmotik yang tinggi, tekanan osmotik
adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan (Rina
indrawati, 2009).
Penyimpanan
spermatozoa membutuhkan bahan pengencer yang berfungsi untuk mengurangi
aktifitas spermatozoa sehingga menghambat pemakaian energi dan dapat
memperpanjang
hidup spermatozoa.
NaCl
fisiologis inilah sebagai bahan pengencer yang biasa digunakan dalam
penyimpanan spermatozoa. Selain itu berfungsi untuk menambah volume semen.
Tetapi penyimpanan semen dengan larutan pengencer NaCl fisiologis hanya bisa
digunakan tidak lebih dari 60 menit setelah penampungan karena didalam larutan
fisiologis kurang mengandung sumber energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa
untuk bertahan hidup. Untuk itu perlu tambahan bahan lain yang bersifat
memberikan energi atau nutritif sehingga dapat memperpanjang waktu spermatozoa untuk bertahan hidup
dan mempertahankan pergerakan spermatozoa dalam media penyimpanan (Barozha,
2014: jurnal).
Setelah
cairan bening terebut keluar, maka diambil dengan menggunakan pipet dan
dimasukan kedalam Hemaasitometer Improved Neubauer sebanyak satu tetes lalu
tutup dengan kaca penutup sehingga suspense merata, namun tidak masuk pant
hemasitometer. Setelah itu menghitung sperma dibawah mikroskop dengan
pembesaran 400 kali pada lima ruang R untuk eritrosit. Jumlah sperma per ml
dihitung degan rumus: 5R x F x P x 1000. Dimana R jumlah total sperma dari 5
ruang yang dihitung, F faktor koreksi hemasitometer (0,4), dan P besar
pengenceran (50).
Untuk
mengukur motilitas sperma maka perlu dilakukan cara berikut ini, meneteskan
satu tetes suspensi sperma pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Membatasi
hitungan pada okuler dari bagian pinggir film bekas. Dengan kotak ini sperma
yang tidak bergerak dapat dihitung, kemudian geserkan preparat hingga diperoleh
jumlah sperma dari 20 kotak hitungan, misalnya A.
Masukkan
preparat kedalam inkubator dan panaskan dengan
suhu 50 hingga 60 derajat celcius selama 3 menit. Dengan cara yang sama,
perhatikan dan hitung jumlah sperma yang tak bergerak, misalnya B. Motilitas
sperma (%) adalah
(B-A)/B x 100%
Sedangkan yang
terakhir yaitu untuk mengukur velositas
sperma maka dilakukan dengan cara meneteskan suspensi sperma pada
hemasitometer. Perhatikan dibawah mikroskop (10x40) sperma yang bergerak
melintas dua garis yang berdekatan (jarak 1/20 mm). catatlah waktu lintas dalam
detik, besar velositas sperma selanjutnya dapat dinyatakan dalam mm per detik.
3.
HASIL DAN DISKUSI
Pada pengamatan terhadap mencit di dapat data-data yang
mendukung teori-teori tentang reproduksi diantaranya adalah bagian eksternal
dan internal organ reproduksi jantan, jumlah sperma, motilitas dan velositas
sperma. Bagian eksternal dan internal sistem reproduksi mamalia (mencit) pada
bagian eksternal terdiri dari skortum dan penis. Sedangkan bagian internal
terdiri atas testis, epididmis, vesikula seminalis, uretra. Sebagaimana
pernyataan bahwa mencit memiliki struktur alat reproduksi yang
hampir sama dengan manusia. Hal yang
membedakannya adalah ukurannya
(Yulianty, 2012). Alat reproduksi mencit
jantan terdiri dari sepasang kelenjar testis, uretra dan penis. Pengaruh luar seperti suara keras, pakan,
cahaya, kondisi kandang memegang peranan
penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan dengan testis pada mencit jantan (Kusumawati,
2004: 49).
Tabel 1 Hasil pengamatan serta literatur yang
dapat kami peroleh dari reoroduksi pada mencit
No
|
Gambar Dokumentasi
|
Gambar Literatur
|
Keterangan
|
1
|
|
Sumber:
http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/tag/reproduksi-mencit-jantan/akses tgl 13022016 pukul 19:00
|
a.
Vesikula seminalis
b.
Epididimis
c.
Penis
d.
Testis
e.
Vas deferens
|
2
|
|
Sumber:
http://fmipa.uinsyiah.ac.id/jurnalnatural/image/pdf/hal-1217-2-2010.pdf/ diakses tgl 13022016 pukul 19:34
|
Struktur
sperma mencit terdiri dari bagian kepala, dan ekor
|
Dari hasil pengamatan kita dapat melihat morfologi sperma,
sperma yang di ambil dari bagian testis. Sperma pada pengamatan dengan
pembesaran mikroskop 10x40 tampak seperti sebuah garis-garis yang sangat halus
berwarna hitam seperti helai rambut dengan bagian ujung berupa bulatan. Ciri paling
khasnya dibagian ujung kepala tampak seperti pengait. Menurut Wildan Yatim (1994)
bahwa sperma yang normal pada manusia berbentuk kepala oval dan bagian lainya
normal, sedangkan yang abnormal memiliki struktur tubuh sperti berkepala
2/berekor 2 kepala sstu dan lain sebagai. Sperma yang abnormal didapat membuahi
(Yatim,1994: 53-54). Garis-garis
yang halus itu merupakan bagian badan atau ekor sperma, sedangakan bulatan pada
bagian ujung merupakan kepala sperma. Testis memiliki fungsi sebagai tempat
spermatogenesis dan produksi spermatozoa
atau sel kelamin jantan dan hormon testosteron, spermatogenesis terjadi di dalam struktur yang disebut tubulus
seminiferus. Penis merupakan organ kopulatoris
hewan jantan, yang berfungsi membran telur dan melakukan penetrasi dalam
fertilisasi. Penis merupakan organ kopulatoris hewan jantan, yang berfungsi mengeluarkan
urin dan peletakan semen ke dalam
saluran reproduksi hewan betina (Setyadi, 2006).
Pada pembesaran 10 x 40 tampak bagian kepala spermanya
panjang dan agak runcing ujungnya atau bagian akrosomnya, untuk bagian ekornya
lebih terlihat besar dan berwarna ke abu-abuan. Sperma tidak dapat terlihat
oleh mata biasa, adapun jika yang keluar dari organ reproduksi jantan berupa
cairan putih itu biasanya disebut cairan semen. Semen terdiri dari bagian padat
dan bagian cair. Bagian padat ialah Spermatozoa, dan bagian cair disebut plasma
semen (air mani) (Yatim,1994: 49).
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada penghitungan
jumlah sperma mencit terdapat 5R
x F x P x 1000 => 3 x 0,4x 50x 1000 =
60.000 sperma dengan menggunakan alat Hemasitometer Invorved
Neubauer. Setiap penghitungan sperma terdapat jumlah yang berbeda-beda menurut
Campbell dan R. Mitchael (2004) tiap mililiter mengandung sekitar 50 sampai 130
juta sperma. Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya
dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat
penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat
dia disemprotkan menuju tempat pembuahan.
Sperma yang kami
amati nampak semuanya tidak hidup (mati) dan sebagian ada yang bergerak
bergerak pada suhu 26 derajat Celcius. Dari hasil pengamatan sperma mencit di
dapat jumlah 82 yang mengalami motilitas. Hal tersebut disebabkan karena sperma
tidak tahan panas atau suhu yang terlalu tinggi dan lambatnya dalam hal
pengamatan. Pada skortum suhu hanya 20C (Yatim, 1994:60)
Pada organnya ditemukan epididymis sebagai
tempat penyimpanan sementara dan pematangan sperma. Vesikula seminalis sebagai
tempat penyimpanan dan penampungan sperma yang nantinya berubah menjadi semen
karena diberikan berbagai macam cairan dari kelenjar cowper, kelencar prostat.
Dan uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran
pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi
dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai
saluran pengeluaran air mani. Motilitas sangat diperlukan oleh spermatozoa
untuk mencapai ovum.
Penilaian Kualitas Sperma
Kualitas sperma sangat penting bagi individu
untuk mempertahankan generasinya dengan proses perkawinan. Fertilitas atau
kesuburan dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas sperma. Menurut Arsyad &
Hayati sebagaimana dikutip oleh Ashafahani et al (2010), kualitas sperma
meliputi beberapa aspek yaitu; jumlah sperma, normalitas atau morfologi,
motilitas atau daya gerak, dan viabilitas atau daya tahan.
Untuk mngetahui sperma itu berkualitas (fertile) atau
tidaknya, maka perlu adanya analisis sperma, menurut Wildan Yatim (1994) yang
dianalisis dari sperma adalah: bau, warna, volume, koagulasi, likuifikasi,
viskositas, pH, kecepatan, kontrasepsi, motilitas, morfologi, dan ketahanan. Karena
dengan parameter tersebut kita dapat mengetahui mana sperma yang berkualitas
dan mana sperma yang tidak berkualitas, selain itu kita juga dapat mengetahui
ada tidaknya gangguan terhadap sistem reproduksi.
Dilihat dari segi bau, warna dan volume sperma. Sperma pada
mencit tersebut tidak bau busuk dan volumenya standar sehingga bisa dikatakan
bahwa sperma terebut normal. Hal ini berdasarkan suatu teori “Jika tidak
memiliki bau atau berbau busuk menandakan adanya gangguan atau infeksi pada kelenjar
prostat. Sperma tidak berwarna keputih abu-abuan menandakan adanya infeksi pada
genetalia. Sedangkan volume sperma melebihi normal atau kurang dibawah normal
adanya gangguan radang kelenjar” (Yatim, 1994: 52)
Untuk pH, kecepatan, motilitas, dan morfologi sperma
mempengaruhi kesehatan kesuburan dan kesehatan tubuh. Sperma yang diatas normal
atau di bawah normal (ukuran normal 7,2-7,8) menandakan adanya gangguan pada
epididimis. Kecepatan sperma berpengaruh pada kemampuan fertilisasi, untuk
kecepatan sperma yang normal sekitar 2,5 detik perkotak pada Hemasitometer
Neubauer, jika pergerakan sperma tersebut lambat atau kurang di bawah itu
menandakan tidak mampu untuk melakukan fertilisasi.
Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa
untuk bergerak secara progresif. Motilitas spermatozoa yang berasal dari
garakan mendorong spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai cambuk.
Motilitas sperma dinyatakan dalam persestase sperma motil yang bergerak maju
per ml semen (% motil maju/ml). Turunnya motilitas spermatozoa akan berpengaruh
pada fertilisasi sperma mencit (Djaelani, 2010: 57-62).
Parameter yang diukur dalam menentukan kualitas motilitas sperma diantaranya: berjalan cepat dan maju, berjalan lambat dan
zig-zag, bergerak di tempat, tidak bergerak sama sekali
(imotile) WHO (World Health Organization)
dan beberapa ahli berpendapat bahwa
motilitas spermatozoa yang dianggap normal apabila 50% atau lebih bergerak maju dengan lambat (zig-zag) atau 25%
bergerak maju dengan cepat (Kurniati et al, 2011).
Sedangkan menurut WHO, standar konsentrasi
sperma normal adalah lebih dari 20 juta/ml semen (Cooper, et al, 2010).
Tabel 2. Standar Parameter Kualitas Sperma
berdasarkan WHO 1999
Kriteria
|
Keterangan
|
Volume
Ph
Konsentrasi
Mobilitas (motilitas)
Morfologi
Leukosit
|
2,0 ml atau
lebih
7-8
29 mln sel
sperma/ml
50 % atau
lebih bergerak maju atau 25% bergerak
zig-zag
14% atau
lebih dengan morfologi normal
50% atau
lebih dari spermatozoa kurang dari 1 mln/ml
|
Motilitas pada sperma mencit yang kami amati,
70% bergerak ditempat dan 30 % diam samasekali tidak bergerak (mati) Dapat kami
simpulkan bahwa sperma pada mencit tidak normal. Begitupula dengan pengamatan velositas sperma pada mencit,
kami mendapatkan hasil bahwa diantara sperma tersebut ada yang hanya bergerak
ditempat dan sebagian lagi ada pula yang sperma yang kami amati tidak ada yang
bergerak biasa disebut Necrozoospermia (Yatim,1994:54). Jadi dapat kami
simpulkan bahwa motilitas dan velositas yang kami amati pada mencit 0%.. Penyebab
banyaknya kematian sperma tersebut karena suhu luar yang terlalu tinggi dimana
sperma tidak dapat mempertahankan dirinya. Suhu ruang yang cukup tinggi
ditambah lagi dengan adanya banyak individu yang mendukung dalam peningkatan
suhu ruangan serta lambatnya dalam memberikan perlakuan terhadap sperma tersebut.
Sistem reproduksi selalu berhubungan dengan sistem-sistem
lainnya didalam tubuh mahluk hidup, salah satunya dengan system eksresi. Ekskresi
adalah pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak digunakan
lagi. Sistem ekskresi ini terdiri dari ginjal, hati, paru-paru dan kulit. Sistem
ekskresi ini berhubungan dengan system reproduksi dilihat dari struktur anatomi
bagian dalam tubuh.
Dilihat dari saluran bagian ureter dan uretranya mempunya
fungsi yang sama walau tidak semua fungsinya sama. Pada sistem ekskresi ureter
berfungsi sebagai saluran yang akan mengirim hasil metabolisme tubuh untuk
dikeluarkan melaui saluran uretra kemudian keluar melalui lubang penis.
Sedangkan pada sistem reproduksi uretra berfungsi sebagai saluran yang akan
dilewati sperma, kemudian sperma itu akan keluar melalui lubang penis.
Selain
untuk mendapatkan keturunan reproduksi juga memilikki beberapa fungsi
dintaranya dalam dunia perternakan misalnya dalam pemilihan bibit unggul pada
hewan. Tetapi pencegah dalam reproduksi untuk tidak menghasilkan keturunan
dapat terjadi jika kita menginginkannya dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Dalam pencegahan tersebut terdapat beberapa istilah diantara adalah kastrasi
dan antifertilisasi. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah
terjadinya konsepsi alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). Sedangkan antifertilitas berarti mampu mengurangi atau menghilangkan
fertilitas, bersifat kontraseptif. Untuk antifertilisasi dapat menggunakan
dengan beberapa cara misalnya dengan suntik KB, kastari,IUD, enggunakan kondom
dan lain sebagainya.
Misalnya Kontap (kontrasepsi mantap) adalah
salah satu kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang
mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Contohnya adalah vasektomi
(Metode Operasi Pria, MOP ). Vasektomi
adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan operasi
kecil sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi sterilisasi pada pria yang
dilakukan dengan mengikat vas deferens (Wibowo.H, 2010).
Realitas yang lain kita sering sekali melihat Sapi yang berbadan
gemuk, berwarna putih hitam dan menghasilkan susu setiap hari, hal tersebut
tidak terlepas dari peranan pada sistem reproduksi. Pemilihan bibit unggul
dapat dilakukan dengan cara sperma beku dan inseminasi buatan. Inseminasi
Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina
dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan
alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara
alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari,
sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan
hanya satu spermatozoa. Potensi yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber
informasi genetik, terutama yang unggul, dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk membuahi banyak betina (Hafez , 1993: 424-439)
Cryopreservation
adalah penyimpanan sel atau jaringan melalui proses pembekuan dengan temperatur
di bawah titik nol. Biasanya berkisar antara 80 - 196 derajat Celsius. Dengan
kondisi seperti ini, reaksi biokimia yang dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan sel, dihambat atau dihentikan. Sedangkan untuk inseminasi buatan
adalah pelekatan sperma pada follivel ovarian (intrafollicullar), cervix
(intracevikal), atau tuba falofian (intratuba) wanita dengan menggunakan cara
buatan dan bukan dengan kopulasi alami
KESIMPULAN
Bagian eksternal dan internal sistem reproduksi mamalia (mencit)
pada bagian eksternal terdiri dari skortum dan penis. Sedangkan bagian internal
terdiri atas testis, epididmis, vesikula seminalis, uretra.
Pengaruh luar seperti suara keras, pakan,
cahaya, kondisi kandang memegang peranan
penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan dengan testis pada mencit jantan. Parameter yang perlu dianalisis
terkait kualitas sperma yaitu bau, warna, volume, koagulasi, likuifikasi,
viskositas, pH, kecepatan, kontrasepsi, motilitas, morfologi, dan ketahanan.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada penghitungan
jumlah sperma mencit terdapat 5R
x F x P x 1000 => 3 x 0,4x 50x 1000 =
60.000 sperma dengan menggunakan alat Hemasitometer Invorved
Neubauer.
Motilitas pada sperma mencit yang kami amati,
70% bergerak ditempat dan 30 % diam samasekali tidak bergerak (mati) Dapat kami
simpulkan bahwa sperma pada mencit tidak normal. Begitupula dengan pengamatan velositas sperma pada mencit,
kami mendapatkan hasil bahwa diantara sperma tersebut ada yang hanya bergerak
ditempat dan sebagian lagi ada pula yang sperma yang kami amati tidak ada yang bergerak
biasa disebut Necrozoospermia (Yatim,1994:54). Jadi dapat kami simpulkan bahwa
motilitas dan velositas yang kami amati pada mencit 0% karena tidak normal. Penyebab
banyaknya kematian sperma tersebut karena suhu luar yang terlalu tinggi dimana
sperma tidak dapat mempertahankan dirinya. Suhu ruang yang cukup tinggi
ditambah lagi dengan adanya banyak individu yang mendukung dalam peningkatan
suhu ruangan serta lambatnya dalam memberikan perlakuan terhadap sperma
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan.
2010. Penuntun Praktikum Perkembangan
Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Afez, E.S.E. 1993. Artificial
insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6 Th
Ed. Lea & Febiger, Philadelphia..
Ashafahani,
E.D., N.I. Wiratmini, & A.A.S.A. Sukmaningsih. 2010. Motilitas Dan
Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu
Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). JURNAL BIOLOGI. XIV (1): 20 –23
Campbell, Jane B.Reece dan Laurence G.
Mitchell. 2003. Biologi Umum Edisi kelima.
Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil. A. Mitchel dan Recee. 2004. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.
Cooper,
T. G, Elisabeth.N, Sigrid. V. E, Jacques. A, H.W. Gordon Baker, Herman. M. B,
Trine. B. H, Tinus. K, Christina.W, Michael. T. M, Kristen. M. V. 2010. World
Health Organization Reeferenference Values Foor r Human Semen Characteristics.
Human Reproduction Update. 16 (3)
Djaelani,
M. A. 2010. Peran Kuning Telur pada Medium Simpan Beku Semen TES-Tris Yolk
Citrat terhadap Motilitas dan Vitalitas Spermatozoa Manusia Post Freezing.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. XVII(1)
Kurniati,
R. Retno, A dan Sartika, I. 2011. Jumlah Dan Motilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus L) Yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin.
Samarinda.
Kusumaswati,
D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gajah Mada. University Press:
Yogyakarta.
Lita
Barozha, Dea. 2014. The Effect Of Honey In 0,9% Sodium Chloride to Motility
and Viability Catfish (Pangasius pangasius ) Spermatozoa. Faculty of
Medicine, Universitas Lampung
Nuraini,
T. Dadang, Kusmana. Efy, Afifah. 2012. Penyuntikan Ekstrak Biji Carica
papaya L. Varietas Cibinong
Pada
M acaca fascicularisL. Kualitas Spermatozoa Serta Kadar Hormon Testosteron.
Makara, Kesehatan.
Pratiwi,
DA. Biologi 2. Erlangga: Jakarta.
Radiopoero.1998. Zoologi. Erlangga:
Jakarta. RTIKEL REVIEW]
Yatim, Wildan,
1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito. Bandung.
Sangat bermanfaat artikel nya👍
ReplyDeleteGood job👍
ReplyDeleteArtikel-artikel nya,, maasyaa Allah 😊😊👍
ReplyDeleteSangat membantu bu
ReplyDeleteJazakillahu khayran,alhamdulillah dapet ilmu lagi😊🙂
ReplyDeleteSangat membantu.. terbaik 👍🏻
ReplyDelete👍
ReplyDeleteBagus artikel nya,sangat membantu
ReplyDeleteJadi tau nieh,Sangat membantu bu😊Syukron ibu Ilmunya🙏Jazakillah khoyran
ReplyDeleteartikel nya sangat membantu bu👍
ReplyDeleteSangat membantu Bu😊
ReplyDeleteTerima kasih sangat membantuu buu❤
ReplyDeleteJazakillah♡
ReplyDeleteTerimakasih ibu
ReplyDeleteNme apal he😅
ReplyDeleteLumayan mengertii
ReplyDelete-Rsha
Trimakasih bu😊
ReplyDeletePanjang amat bu😂
ReplyDeletePenjelasan Sngat Bermanfaat
ReplyDeleteMakasih bu semoga bermanfaat😊
ReplyDelete