Saturday, March 30, 2019

Laporan Praktikum Reproduksi Jantan pada Mencit


REPRODUKSI HEWAN JANTAN PADA MENCIT (Mus Musculus)
      1.      PENDAHULUAN
Salah satu ciri-ciri makhluk hidup  yaitu dapat berkembang biak, sebagaimana yang kita ketahui, dengan berkembang biak maka makhluk hidup dapat mempertahankan speciesnya. Makhluk hidup seperti hewan dan manusia mampu berkembang biak karena memiliki alat atau organ – organ reproduksi yang akan berfungsi pada saat hewan dan manusia telah dewasa. Pada hewan-hewan dengan taksa yang tinggi seperti mamalia, alat-alat reproduksinya biasanya lebih terspesialisasi dan dilengkapi dengan kelamin luar.
Hewan  jantan memiliki organ-organ reproduksi khusus dimana bentuk dan fungsinya berbeda satu sama lain. Pada hewan tertentu memiliki organ reproduksi internal dan juga eksternal. Organ-organ reproduksi yang letaknya di dalam tubuh hewan  dinamakan sistem reproduksi internal, adapun yang berada di luar tubuh disebut sistem reproduksi eksternal.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. (Pratiwi, 1996).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina, pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis (Campbell, 2004).
Baik fertilisasi internal maupun eksternal bergantung pada mekanisme yang menjamin bahwa sperma dewasa menemukan telur yang fertil dari spesies yang sama. Fertilisasi eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis yang seringkali diperantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina dan juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok (Campbell, 2004).
Organ reproduksi jantan yaitu testis, tubulus seminiferus, dan epididimis. Testis merupakan irgan utama pada jantan, biasanya berpasangan dan fungsi adalah menghasilkan sperma dan hormon reproduksi jantan utamanya androgen. Tubulus seminifeus terdiri atas jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, dan epitel germinitivum. Epitel germinal terdiri dari 4-8 lapisan sel yang menempati ruang antara membrane basalis dan lumen tubulus. Epididimis dibatasi oleh jaringan ikat pada bagian luar, lapisan otot polos ditengah, dan epitel berlapis banyak palsu bersilia di bagian dalam. Pada tikus dan mencit, testis hanya terdiri dari satu ruangan saja. Di dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang melilit disebut tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis (Adnan, 2010).
Sistem reproduksi eksternal pastinya mudah diamati menggunakan mata telanjang, namun untuk mengamati sistem reproduksi internal perlu dilakukan suatu  pembedahan agar organ – organ reproduksi tersebut bisa terlihat dengan jelas. Praktikum kali ini kami akan membedah mencit untuk melihat sistem reproduksi internal. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum yang berjudul “Sistem Reproduksi Jantan”.
Alasan yang pertama adalah tikus merupakan hewan yang tidak akan terancam punah. Penyebabnya adalah tikus memiliki proses reproduksi yang tidak terlalu lama. Selain itu, jangka waktu hidup mereka hanya berkisar antara dua hingga tiga tahun. Tikus gampang adaptasi; selain dari sisi populasi, pertimbangan lain adalah perilaku tikus itu sendiri. Hewan ini sangat gampang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, bentuk tikus yang kecil membuat para peneliti mudah dalam menanganinya. Struktur tubuh tikus yang mudah dipahami;  Perubahan pada struktur anatomi, fisiologi, dan genetika pada tikus saat percobaan lebih mudah dipahami oleh para peneliti. Karakteristik tikus yang mirip dengan manusia;  Beberapa kajian tentang diabetes, obesitas, kanker, penyakit jantung dan termasuk reproduksinya menggunakan tikus sebagai percobaan. Hal ini dikarenakan karakter biologis dan tingkah laku serta struktur gennya yang mirip dengan manusia membantu hasil penelitian yang lebih akurat.
Mencit memiliki panjang 65-95mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka, mereka adalah ekor 60-105 mm. Bulu mereka berkisar antara warna cokelat muda sampai hitam, dan umumnya berwarna putih atau bellys Buffy. Mencit memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik (annulations). Tikus rumah cenderung memiliki bulu panjang dan lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia. Beratnya berkisar antara 12-30g. Banyak tikus domestik telah dikembangkan, dan bervariasi dalam warnam, dari putih menjadi hitam dan bintik-bintik (Radiopoetro, 1996).
Spermatogenesis Mencit
Spermatogenesis merupakan proses perkembangan sel-sel spermatogenik yang terdiri dari 3 tahap yaitu, tahap spermatositogenesis atau proliferasi, tahap meiosis dan spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan proliferasi sel induk spermatogonia yang membelah secara mitosis menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis I terdiri dari profase, metafase, anafse dan telofase. Profase dari spermatosit primer dibedakan menjadi leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakinesis. Spermatosit pakiten merupakan sel yang mudah diamati karena memiliki kromatid tebal, memendek, dan ukuran relatif besar dibandingkan sel spermatogenik yang lainnya. Pada pembelahan meiosis II spermatosit sekunder menjadi spermatid. Spermatid mengalami perubahan morfologi dari bentuk bulat menjadi bentuk oval dan berekor yaitu spermatozoa melalui proses spermatogenesis yang ditunjukkan pada Spermatozoa yang baru dibentuk ini bersifat immotiledan tidak bisa mengadakan fertilisasi. Spermatozoa menjadi motile saat melewati epidimis dan setelah melewati sistem reproduksi betina spermatozoa mengadakan fertilisasi. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor, seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Spermatogenesis pada mencit memerlukan waktu selama 35,5 hari setelah menempuh 4 kali daur epitel seminiferus. Lama satu daur epitel Seminiferus pada mencit adalah 207±6 jam. Berlangsungnya spermatogenesis pada tubulus seminiferus melibatkan poros hipotalamus, hipofisis dan testis. GnRH hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan LH dan FSH. LH mempengaruhi spermatogenesis melalui testosteron yang dihasilkan oleh sel Ley dig. FSH berpengaruh langsung terhadap sel Sertoli dalam tubulus Seminiferus. FSH meningkatkan sintesis protein pengikat hormon androgen (ABP). ABP merupakan glikoprotein yang mengikat testosteron. ABP disekresikan ke dalam lumen tubulus seminiferus dan dalam proses ini testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig diangkut dengan konsentrasi yang tinggi ke tubulus seminiferusKomposisi cairan sperma sebenarnya tidak semuanya terdiri dari sel sperma (spermatozoa). 95 hingga 98% air yang berasal dari kelenjar prostat dan vesikula seminalis, sedangkan sisanya adalah spermatozoa dalam bentuk konsentrat yang terbungkus dalam gel-gel atau Kristal.
Alat  reproduksi mencit jantan terdiri dari sepasang kelenjar testis, uretra dan penis.  Pengaruh luar seperti suara keras, pakan, cahaya, kondisi kandang memegang  peranan penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan  dengan testis pada mencit jantan (Kusumawati, 2004: 49).

      2.      BAHAN DAN METODE
Bahan yang diperlukan dalam praktikum reproduksi jantan ini yaitu: kloroform, NaCl fisologis, kapas, sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum reproduksi jantan ini yaitu: mikroskop, hemasitometer, cover glass, pipet, beaker glass, alat bedah, papan bedah, jarum, cawan petri, counter.
Pertama kali yang dilakukan yaitu menentukan mencit jantan, lalu memasukannya kedalam suatu tempat yang tertutup rapat lalu memasukan kapas yang telah mengandung klorofom yang berfungsi  sebagai  pembius. Karena  menurut Kamus Kimia (Balai Pustaka, 2002) kloroform diartikan sebagai zat cair tanpa warna, dengan bau manis, menyenangkan dan anestetik. Kloroform disebut juga haloform. Hal ini  disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan metal keton; yang menghasilkan masing-masing bromoform dan kloroform. Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform.
Setelah mencit tidak sadar mencit diletakan di atas papan bedah dalam posisi menghadap ke atas atau terentang. Untuk mengamati alat reproduksi bagian luar, maka diperlukan posisi mencit yang tepat yaitu dengan menggunakan pinset untuk memegang kaki mencit, menusuk kaki mencit dengan pentul supaya dapat menempel pada papan bedah, melakukan cara yang sama pada kaki yang lain, menggunting bagian kulit dada (dibawah leher) secara melintang lurus ke arah kaki depan, melakukan hal yang sama pada bagian bawah abdomen, lurus dengan kaki belakang, menggunting kulit perut (bagian medial) lurus ke arah dada (pectoral), lalu memegang kulit yang sudah terpotong dengan pinset dan menarik kearah lateral, gunakan pinset untuk menempelkan kulit mencit pada papan bedah, memulai pembedahan dari dada secara melintang menggunakan gunting dengan posisi mata tumpul ke dalam, memotong otot abdomen bagian bawah secara melintang dekat anus, melakukan hal yang sama pada bagian median bawah lurus kearah pectoral, bila ada darah mengalir, keringkan dengan mengguankan kapas bersih, memegang setiap otot abdomen yang telah terbuka dengan pinset dan menempelkannya pada papan bedah dengan menggunakan jarum pentul. Selanjutnya melepaskan bagian visera secara hati-hati dengan menggunakan gunting tajam dan pinset serta melakukan pengamatan pada alat reproduksi bagian dalam. Pada mencit jantan, mengamati vesikula seminalis dan vas deferens, testis, skrotum, epididimis, organ ginjal dan salurannya yang menghubungkan ke uretra.
Setelah diidentifikasi masing-masing organ tersebut maka diambil testis dan memotongnya menjadi dua belahan yang simetris lalu dimasukkan kedalam cawan petri yang telah bersisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 49 tetes (pipet kecil) kemudian, di keluarkan cairan sperma yang terdapat didalam testis dengan menggerak-gerakan testis dengan pinset penjepit, apabila masih blum keluar maka dilakukan dengan pencacahan sampai cairan bening keluar dari dalam testis.
NaCl 0,9% yang dikenal sebagai garam merupakan larutan  yang memiliki tingkat  tekanan osmotik yang tinggi, tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan (Rina indrawati, 2009).
Penyimpanan spermatozoa membutuhkan bahan pengencer yang berfungsi untuk mengurangi aktifitas spermatozoa sehingga menghambat pemakaian energi dan dapat memperpanjang hidup spermatozoa.
NaCl fisiologis inilah sebagai bahan pengencer yang biasa digunakan dalam penyimpanan spermatozoa. Selain itu berfungsi untuk menambah volume semen. Tetapi penyimpanan semen dengan larutan pengencer NaCl fisiologis hanya bisa digunakan tidak lebih dari 60 menit setelah penampungan karena didalam larutan fisiologis kurang mengandung sumber energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk bertahan hidup. Untuk itu perlu tambahan bahan lain yang bersifat memberikan energi atau nutritif sehingga dapat memperpanjang waktu spermatozoa untuk bertahan hidup dan mempertahankan pergerakan spermatozoa dalam media penyimpanan (Barozha, 2014: jurnal).
Setelah cairan bening terebut keluar, maka diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukan kedalam Hemaasitometer Improved Neubauer sebanyak satu tetes lalu tutup dengan kaca penutup sehingga suspense merata, namun tidak masuk pant hemasitometer. Setelah itu menghitung sperma dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali pada lima ruang R untuk eritrosit. Jumlah sperma per ml dihitung degan rumus: 5R x F x P x 1000. Dimana R jumlah total sperma dari 5 ruang yang dihitung, F faktor koreksi hemasitometer (0,4), dan P besar pengenceran (50).
Untuk mengukur motilitas sperma maka perlu dilakukan cara berikut ini, meneteskan satu tetes suspensi sperma pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Membatasi hitungan pada okuler dari bagian pinggir film bekas. Dengan kotak ini sperma yang tidak bergerak dapat dihitung, kemudian geserkan preparat hingga diperoleh jumlah sperma dari 20 kotak hitungan, misalnya A.
Masukkan preparat kedalam inkubator dan panaskan dengan  suhu 50 hingga 60 derajat celcius selama 3 menit. Dengan cara yang sama, perhatikan dan hitung jumlah sperma yang tak bergerak, misalnya B. Motilitas sperma (%) adalah (B-A)/B x 100%
Sedangkan yang terakhir yaitu untuk  mengukur velositas sperma maka dilakukan dengan cara meneteskan suspensi sperma pada hemasitometer. Perhatikan dibawah mikroskop (10x40) sperma yang bergerak melintas dua garis yang berdekatan (jarak 1/20 mm). catatlah waktu lintas dalam detik, besar velositas sperma selanjutnya dapat dinyatakan dalam mm per detik.
      3.      HASIL DAN DISKUSI
Pada pengamatan terhadap mencit di dapat data-data yang mendukung teori-teori tentang reproduksi diantaranya adalah bagian eksternal dan internal organ reproduksi jantan, jumlah sperma, motilitas dan velositas sperma. Bagian eksternal dan internal sistem reproduksi mamalia (mencit) pada bagian eksternal terdiri dari skortum dan penis. Sedangkan bagian internal terdiri atas testis, epididmis, vesikula seminalis, uretra. Sebagaimana pernyataan bahwa mencit memiliki struktur alat reproduksi yang hampir sama dengan  manusia. Hal yang membedakannya adalah  ukurannya (Yulianty, 2012). Alat  reproduksi mencit jantan terdiri dari sepasang kelenjar testis, uretra dan penis.  Pengaruh luar seperti suara keras, pakan, cahaya, kondisi kandang memegang  peranan penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan  dengan testis pada mencit jantan (Kusumawati, 2004: 49).
Tabel 1 Hasil pengamatan serta literatur yang dapat kami peroleh dari reoroduksi pada mencit
No
Gambar Dokumentasi
Gambar Literatur
Keterangan
1
Description: C:\Users\Admin\Downloads\156816_10201322883586739_2098843023_n.jpgDescription: C:\Users\Admin\Downloads\13854_10201323025710292_1426065984_n.jpgSumber:

a.    Vesikula seminalis
b.    Epididimis
c.    Penis
d.   Testis
e.    Vas deferens


2
Description: C:\Users\Admin\Downloads\images (11).jpgSumber:
Struktur  sperma mencit terdiri dari bagian kepala, dan ekor
Dari hasil pengamatan kita dapat melihat morfologi sperma, sperma yang di ambil dari bagian testis. Sperma pada pengamatan dengan pembesaran mikroskop 10x40 tampak seperti sebuah garis-garis yang sangat halus berwarna hitam seperti helai rambut dengan bagian ujung berupa bulatan. Ciri paling khasnya dibagian ujung kepala tampak seperti pengait. Menurut Wildan Yatim (1994) bahwa sperma yang normal pada manusia berbentuk kepala oval dan bagian lainya normal, sedangkan yang abnormal memiliki struktur tubuh sperti berkepala 2/berekor 2 kepala sstu dan lain sebagai. Sperma yang abnormal didapat membuahi (Yatim,1994: 53-54). Garis-garis yang halus itu merupakan bagian badan atau ekor sperma, sedangakan bulatan pada bagian ujung merupakan kepala sperma. Testis memiliki fungsi sebagai tempat spermatogenesis dan produksi  spermatozoa atau sel kelamin jantan dan hormon testosteron, spermatogenesis  terjadi di dalam struktur yang disebut tubulus seminiferus. Penis merupakan organ  kopulatoris hewan jantan, yang berfungsi membran telur dan melakukan penetrasi dalam fertilisasi. Penis merupakan organ kopulatoris hewan jantan, yang berfungsi mengeluarkan urin dan peletakan semen  ke dalam saluran reproduksi hewan betina (Setyadi, 2006).
Pada pembesaran 10 x 40 tampak bagian kepala spermanya panjang dan agak runcing ujungnya atau bagian akrosomnya, untuk bagian ekornya lebih terlihat besar dan berwarna ke abu-abuan. Sperma tidak dapat terlihat oleh mata biasa, adapun jika yang keluar dari organ reproduksi jantan berupa cairan putih itu biasanya disebut cairan semen. Semen terdiri dari bagian padat dan bagian cair. Bagian padat ialah Spermatozoa, dan bagian cair disebut plasma semen (air mani) (Yatim,1994: 49).
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada penghitungan jumlah sperma mencit terdapat 5R x F x P x 1000 =>  3 x 0,4x 50x 1000 = 60.000 sperma dengan menggunakan alat Hemasitometer Invorved Neubauer. Setiap penghitungan sperma terdapat jumlah yang berbeda-beda menurut Campbell dan R. Mitchael (2004) tiap mililiter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan.
 Sperma yang kami amati nampak semuanya tidak hidup (mati) dan sebagian ada yang bergerak bergerak pada suhu 26 derajat Celcius. Dari hasil pengamatan sperma mencit di dapat jumlah 82 yang mengalami motilitas. Hal tersebut disebabkan karena sperma tidak tahan panas atau suhu yang terlalu tinggi dan lambatnya dalam hal pengamatan. Pada skortum suhu hanya 20C (Yatim, 1994:60)
Pada organnya ditemukan epididymis sebagai tempat penyimpanan sementara dan pematangan sperma. Vesikula seminalis sebagai tempat penyimpanan dan penampungan sperma yang nantinya berubah menjadi semen karena diberikan berbagai macam cairan dari kelenjar cowper, kelencar prostat. Dan uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar  tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau  ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani. Motilitas sangat diperlukan oleh spermatozoa untuk mencapai ovum.
Penilaian Kualitas Sperma
Kualitas sperma sangat penting bagi individu untuk mempertahankan generasinya dengan proses perkawinan. Fertilitas atau kesuburan dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas sperma. Menurut Arsyad & Hayati sebagaimana dikutip oleh Ashafahani et al (2010), kualitas sperma meliputi beberapa aspek yaitu; jumlah sperma, normalitas atau morfologi, motilitas atau daya gerak, dan viabilitas atau daya tahan.
Untuk mngetahui sperma itu berkualitas (fertile) atau tidaknya, maka perlu adanya analisis sperma, menurut Wildan Yatim (1994) yang dianalisis dari sperma adalah: bau, warna, volume, koagulasi, likuifikasi, viskositas, pH, kecepatan, kontrasepsi, motilitas, morfologi, dan ketahanan. Karena dengan parameter tersebut kita dapat mengetahui mana sperma yang berkualitas dan mana sperma yang tidak berkualitas, selain itu kita juga dapat mengetahui ada tidaknya gangguan terhadap sistem reproduksi.
Dilihat dari segi bau, warna dan volume sperma. Sperma pada mencit tersebut tidak bau busuk dan volumenya standar sehingga bisa dikatakan bahwa sperma terebut normal. Hal ini berdasarkan suatu teori “Jika tidak memiliki bau atau berbau busuk menandakan adanya gangguan atau infeksi pada kelenjar prostat. Sperma tidak berwarna keputih abu-abuan menandakan adanya infeksi pada genetalia. Sedangkan volume sperma melebihi normal atau kurang dibawah normal adanya gangguan radang kelenjar” (Yatim, 1994: 52)
Untuk pH, kecepatan, motilitas, dan morfologi sperma mempengaruhi kesehatan kesuburan dan kesehatan tubuh. Sperma yang diatas normal atau di bawah normal (ukuran normal 7,2-7,8) menandakan adanya gangguan pada epididimis. Kecepatan sperma berpengaruh pada kemampuan fertilisasi, untuk kecepatan sperma yang normal sekitar 2,5 detik perkotak pada Hemasitometer Neubauer, jika pergerakan sperma tersebut lambat atau kurang di bawah itu menandakan tidak mampu untuk melakukan fertilisasi.
Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak secara progresif. Motilitas spermatozoa yang berasal dari garakan mendorong spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai cambuk. Motilitas sperma dinyatakan dalam persestase sperma motil yang bergerak maju per ml semen (% motil maju/ml). Turunnya motilitas spermatozoa akan berpengaruh pada fertilisasi sperma mencit (Djaelani, 2010: 57-62).
Parameter yang diukur dalam menentukan kualitas motilitas sperma diantaranya:  berjalan cepat dan maju, berjalan lambat dan zig-zag, bergerak di tempat, tidak bergerak sama sekali (imotile) WHO  (World Health Organization) dan beberapa ahli berpendapat  bahwa motilitas spermatozoa yang dianggap normal apabila 50% atau lebih  bergerak maju dengan lambat (zig-zag) atau 25% bergerak maju dengan cepat (Kurniati et al, 2011).
Sedangkan menurut WHO, standar konsentrasi sperma normal adalah lebih dari 20 juta/ml semen (Cooper, et al, 2010).
Tabel  2. Standar Parameter Kualitas Sperma berdasarkan WHO 1999
Kriteria
Keterangan
Volume
Ph
Konsentrasi
Mobilitas (motilitas)
Morfologi
Leukosit
2,0 ml atau lebih
7-8
29 mln sel sperma/ml
50 % atau lebih bergerak maju atau 25%  bergerak zig-zag
14% atau lebih dengan morfologi normal
50% atau lebih dari spermatozoa kurang dari 1 mln/ml
Motilitas pada sperma mencit yang kami amati, 70% bergerak ditempat dan 30 % diam samasekali tidak bergerak (mati) Dapat kami simpulkan bahwa sperma pada mencit tidak normal. Begitupula dengan pengamatan velositas sperma pada mencit, kami mendapatkan hasil bahwa diantara sperma tersebut ada yang hanya bergerak ditempat dan sebagian lagi ada pula yang sperma yang kami amati tidak ada yang bergerak biasa disebut Necrozoospermia (Yatim,1994:54). Jadi dapat kami simpulkan bahwa motilitas dan velositas yang kami amati pada mencit 0%.. Penyebab banyaknya kematian sperma tersebut karena suhu luar yang terlalu tinggi dimana sperma tidak dapat mempertahankan dirinya. Suhu ruang yang cukup tinggi ditambah lagi dengan adanya banyak individu yang mendukung dalam peningkatan suhu ruangan serta lambatnya dalam memberikan perlakuan terhadap sperma tersebut.
Sistem reproduksi selalu berhubungan dengan sistem-sistem lainnya didalam tubuh mahluk hidup, salah satunya dengan system eksresi. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak digunakan lagi. Sistem ekskresi ini terdiri dari ginjal, hati, paru-paru dan kulit. Sistem ekskresi ini berhubungan dengan system reproduksi dilihat dari struktur anatomi bagian dalam tubuh.   
Dilihat dari saluran bagian ureter dan uretranya mempunya fungsi yang sama walau tidak semua fungsinya sama. Pada sistem ekskresi ureter berfungsi sebagai saluran yang akan mengirim hasil metabolisme tubuh untuk dikeluarkan melaui saluran uretra kemudian keluar melalui lubang penis. Sedangkan pada sistem reproduksi uretra berfungsi sebagai saluran yang akan dilewati sperma, kemudian sperma itu akan keluar melalui lubang penis.
Selain untuk mendapatkan keturunan reproduksi juga memilikki beberapa fungsi dintaranya dalam dunia perternakan misalnya dalam pemilihan bibit unggul pada hewan. Tetapi pencegah dalam reproduksi untuk tidak menghasilkan keturunan dapat terjadi jika kita menginginkannya dengan menggunakan alat kontrasepsi. Dalam pencegahan tersebut terdapat beberapa istilah diantara adalah kastrasi dan antifertilisasi. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). Sedangkan antifertilitas berarti mampu mengurangi atau menghilangkan fertilitas, bersifat kontraseptif. Untuk antifertilisasi dapat menggunakan dengan beberapa cara misalnya dengan suntik KB, kastari,IUD, enggunakan kondom dan lain sebagainya.
Misalnya Kontap (kontrasepsi mantap) adalah salah satu kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada  saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan  yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Contohnya adalah vasektomi (Metode Operasi Pria, MOP ). Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas  reproduksi pria dengan jalan melakukan operasi kecil sehingga alur transportasi  sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi sterilisasi pada pria yang dilakukan dengan mengikat vas deferens (Wibowo.H, 2010).
Realitas yang lain kita sering sekali melihat Sapi yang berbadan gemuk, berwarna putih hitam dan menghasilkan susu setiap hari, hal tersebut tidak terlepas dari peranan pada sistem reproduksi. Pemilihan bibit unggul dapat dilakukan dengan cara sperma beku dan inseminasi buatan. Inseminasi Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoa. Potensi yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, terutama yang unggul, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez , 1993: 424-439)
Cryopreservation adalah penyimpanan sel atau jaringan melalui proses pembekuan dengan temperatur di bawah titik nol. Biasanya berkisar antara 80 - 196 derajat Celsius. Dengan kondisi seperti ini, reaksi biokimia yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan sel, dihambat atau dihentikan. Sedangkan untuk inseminasi buatan adalah pelekatan sperma pada follivel ovarian (intrafollicullar), cervix (intracevikal), atau tuba falofian (intratuba) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami
KESIMPULAN
Bagian eksternal dan internal sistem reproduksi mamalia (mencit) pada bagian eksternal terdiri dari skortum dan penis. Sedangkan bagian internal terdiri atas testis, epididmis, vesikula seminalis, uretra.
Pengaruh luar seperti suara keras, pakan, cahaya, kondisi kandang memegang  peranan penting dalam proses reproduksi yang secara tidak langsung berkaitan  dengan testis pada mencit jantan. Parameter yang perlu dianalisis terkait kualitas sperma yaitu bau, warna, volume, koagulasi, likuifikasi, viskositas, pH, kecepatan, kontrasepsi, motilitas, morfologi, dan ketahanan.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada penghitungan jumlah sperma mencit terdapat 5R x F x P x 1000 =>  3 x 0,4x 50x 1000 = 60.000 sperma dengan menggunakan alat Hemasitometer Invorved Neubauer.
Motilitas pada sperma mencit yang kami amati, 70% bergerak ditempat dan 30 % diam samasekali tidak bergerak (mati) Dapat kami simpulkan bahwa sperma pada mencit tidak normal. Begitupula dengan pengamatan velositas sperma pada mencit, kami mendapatkan hasil bahwa diantara sperma tersebut ada yang hanya bergerak ditempat dan sebagian lagi ada pula yang sperma yang kami amati tidak ada yang bergerak biasa disebut Necrozoospermia (Yatim,1994:54). Jadi dapat kami simpulkan bahwa motilitas dan velositas yang kami amati pada mencit 0% karena tidak normal. Penyebab banyaknya kematian sperma tersebut karena suhu luar yang terlalu tinggi dimana sperma tidak dapat mempertahankan dirinya. Suhu ruang yang cukup tinggi ditambah lagi dengan adanya banyak individu yang mendukung dalam peningkatan suhu ruangan serta lambatnya dalam memberikan perlakuan terhadap sperma tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Afez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6 Th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia..
Ashafahani, E.D., N.I. Wiratmini, & A.A.S.A. Sukmaningsih. 2010. Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). JURNAL BIOLOGI. XIV (1): 20 –23
Campbell, Jane B.Reece  dan Laurence G. Mitchell. 2003. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil. A. Mitchel dan Recee. 2004. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Cooper, T. G, Elisabeth.N, Sigrid. V. E, Jacques. A, H.W. Gordon Baker, Herman. M. B, Trine. B. H, Tinus. K, Christina.W, Michael. T. M, Kristen. M. V. 2010. World Health Organization Reeferenference Values Foor r Human Semen Characteristics. Human Reproduction Update. 16 (3)
Djaelani, M. A. 2010. Peran Kuning Telur pada Medium Simpan Beku Semen TES-Tris Yolk Citrat terhadap Motilitas dan Vitalitas Spermatozoa Manusia Post Freezing. Buletin Anatomi dan Fisiologi. XVII(1)
Kurniati, R. Retno, A dan Sartika, I. 2011. Jumlah Dan Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L) Yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin. Samarinda.
Kusumaswati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gajah Mada. University Press: Yogyakarta.
Lita Barozha, Dea. 2014. The Effect Of Honey In 0,9% Sodium Chloride to Motility and Viability Catfish (Pangasius pangasius ) Spermatozoa. Faculty of Medicine, Universitas Lampung
Nuraini, T. Dadang, Kusmana. Efy, Afifah. 2012. Penyuntikan Ekstrak Biji Carica papaya L. Varietas Cibinong
Pada M acaca fascicularisL. Kualitas Spermatozoa Serta Kadar Hormon Testosteron. Makara, Kesehatan.
Pratiwi, DA. Biologi 2.  Erlangga: Jakarta.            
Radiopoero.1998. Zoologi. Erlangga: Jakarta. RTIKEL REVIEW]
Yatim, Wildan, 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito. Bandung.

20 comments:

  1. Sangat bermanfaat artikel nya👍

    ReplyDelete
  2. Artikel-artikel nya,, maasyaa Allah 😊😊👍

    ReplyDelete
  3. Jazakillahu khayran,alhamdulillah dapet ilmu lagi😊🙂

    ReplyDelete
  4. Sangat membantu.. terbaik 👍🏻

    ReplyDelete
  5. Bagus artikel nya,sangat membantu

    ReplyDelete
  6. Jadi tau nieh,Sangat membantu bu😊Syukron ibu Ilmunya🙏Jazakillah khoyran

    ReplyDelete
  7. artikel nya sangat membantu bu👍

    ReplyDelete
  8. Terima kasih sangat membantuu buu❤

    ReplyDelete
  9. Makasih bu semoga bermanfaat😊

    ReplyDelete

Kurikulum merdeka