Friday, March 29, 2019

Laporan Praktikum Darah (Eritrosit Manusia dan Katak)


A.  Judul          : Darah
B.   Tanggal      : 13 Desember 2019
C.  Tujuan        :
1.      Mempelajari metode untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
2.      Mempelajari metoden untuk mengukur kadar Hb darah dengan menggunakan metode sahli
3.   Mengetahui dan memahami sistem peredaran darah katak sehingga bisa dibedakan antara pembuluh darah arteri, vena dan kapiler berdasarkan kecepatan aliran darahnya.
4.      Memahami bentuk dan struktur sel darah. Membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia.
D.     Analisis Pembahasan
Secara sederhana darah di definisikan sebagai cairan yang beredar dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut gas, nutrient dan bahan sisa metabolisme. Pada vertebrata darah beredar pada pembuluh darah karena itu peredarannya disebut peredaran darah tertutup (Team Pengajar, 2015: 28).
Darah manusia mengandung komponen plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma darah mengandung 90% air dan berbagai zat terlarut/ tersuspensi di dalamnya. Zat terlarut tersebut mencakup: protein plasma (albumin, globulin dan fibrinogen), sari makanan, bahan untuk dibuang tubuh (urea dan senyawa nitrogen), berbagai ion (kalium, klor, fosfat) dan bahan lain yang terdapat dalam darah (hormone, vitamin, dan enzim) (Isnaeni, 2006: 173-174).
Menghitung Eritrosit
Untuk menghitung jumlah eritrosit, darah dihisap hingga skala 1 lalu diteruskan dengan menghisap larutan Hayem hingga skala 101, artinya pengenceran dilakukan 100 kali. Llarutan Hayem sebagai pengencer eritrosit karena larutan Hayem mengandung zat-zat yang sifatnya tidak merusak eritrosit. Kandungan larutan Hayem tersebut berupa 5 gr Natrium Sulfat, 1 gr Natrium clorit, formalin 40% dan 200 ml air suling (Syaifuddin, 1997).
 Natrium Sulfat merupakan salah satu zat antikoagulan sehingga mencegah aglutinasi atau penggumpalan darah. Selain itu, Natrium Sulfat berfungsi untuk melisiskan trombosit dan leukosit sehingga ketika pengamatan di bawah lensa objektif mikroskop hanya eritrosit saja yang terlihat. Natrium clorit pada larutan Hayem berfungsi sebagai zat isotonis pada eritrosit, sedangkan formalin 40% berfungsi untuk mengawetkan atau mempertahankan bentuk discoid eritrosit (Syaifuddin, 1997).
 Dari literatur lain boleh dipakai larutan GOWERS : natrium sulfat 12,5 g; asam asetat glasial 33,3 ml; aquadest ad 200 ml (Yayan, 2013: html)..
 Setelah pengenceran kedua ujung pipet dipegang dan dikocok selama dua menit dimana pengocokan tersebut berfungsi untuk menghomogenkan larutan yang ada di dalam pipet thoma. Setelah itu sebelum dimasukkan ke dalam Haemacytometer, dua tetesan darah pertama dibuang. Prosedur ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akurasi (validitas) sel darah yang akan dihitung karena pada ujung pipet thoma kemungkinan kecil tidak terdapat sel-sel darah, dimana ada dua kemungkinan. Pertama bagian ujung pipet thoma adalah larutan Hayem sedangkan darah terdapat di bagian pangkal (atas) pipet. Hal tersebut berkaitan dengan massa jenis sel darah dan larutan Hayem dimana massa jenis sel darah lebih rendah dibandingkan massa jenis larutan Hayem sehingga sel darah terletak di atas larutan Hayem.  Kemungkinan kedua adalah saat pengocokan darah dan larutan Hayem tercampur sempurna hanya pada gelembung pipet. Kemungkinan ujung pipet telah diisi oleh darah yang mengendap sehingga sulit dilewati oleh larutan di dalam pipet thoma. Oleh karena itulah larutan di ujung pipet harus dibuang agar data yang di dapatkan benar-benar akurat.
Menghitung Sel Darah Putih (Leukosit) 
Dengan cara yang sama pada percobaan pertama, darah diambil dari probandus. Namun terdapat perbedaan yaitu pada pipet yang digunakan menggunakan skala 11 dan larutan pengencer yang digunakan adalah larutan turk. Komposisi dari  larutan Turk adalah 2% asam asetat glasial dan 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 475 ml air suling.  Syaifuddin (1997) mengemukakan bahwa asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan trombosit, sedangkan gentian violet merupakan zat warna ungu bersifat basa yang dapat berikatan dengan inti dan sitoplasma  sel sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang selanjutnya memudahkan perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel darah putih.
Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 kali. Hal ini disebabkan jumlah leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, yaitu 7.000-9.000 SDP/mm3 sehingga untuk menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi.
        Tabel Gambar Perbandingan Eritrosit dan Leukosit Pada Manusia
Tabel Perbandingan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Pada Manusia
Jumlah setiap kotak
Jumlah Sel Darah
Sel Darah Merah (SDM)
 Kotak 1 = 160
Kotak 2 = 123
Kotak 3 = 127
Kotak 4 = 154
Kotak 5 = 159
SDM = nexpx50
SDM = 703x101x50
          = 3.550.150
 Sel Darah Putih (SDP)
Kotak 1 = 415
Kotak 2 = 402
Kotak 3 = 590
Kotak 4 = 457
Kotak 5 = 800
SDP = nixpx2
SDP = 2667x11x2 = 58.674
*ketetapan, p:besarnya pengenceran SDM 101, SDP 11
Dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit dari satu sempel terebut kurang dari normal. Hal ini dikarenakan selisih antara jumlah eritrosit normal dan data hasil praktikum berbeda jauh atau signifikan. Pada wanita normal memiliki 4,8 juta sel darah merah permikroliter darah. Sedangkan pada pria memiliki 5,4 juta sel (Aryulina, 2007: 121).
Namun, jumlah eritrosit pada Jujul hanya 3.550. 150 sel/mm3. Ketidaknormalan jumlah sel darah merah pada probandus ini dikarenakanan adanya beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah pengenceran yang kurang besar sehingga sel darah merah terlihat menumpuk dan mengurangi keakuratan penghitungan. Selain itu, keabnormalan tersebut dapat pula diindikasikan sebagai akibat kurang telitinya praktikan sewaktu melakukan perhitungan di bawah lensa mikroskop. Faktor lainnya adalah kondisi tubuh yang kurang sehat dimana probandus Mahmud baru saja dirawat di rumah sakit sehingga dapat dikatakan kondisi fisik masih lemah.Menurut Guyton (1997) kondisi fisik seseorang dapat mempengaruhi volume sel darah merahnya.
Dari hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa jumlah leukosit dari semua probandus adalah tidak normal.  jumlah leukositnya hanya 1475 SDP/mm3. Dalam sel darah, jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Hal ini terkait dengan fungsi leukosit dan eritrosit. Menurut Campbell (2004), eritrosit berfungsi untuk mengangkut atau membawa oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dari paru-paru ke seluruh jaringan dan organ. Beberapa karbon dioksida yang dihasilkan di dalam jaringan dan organ juga diangkut berikatan dengan hemoglobin ke paru-paru dan dikeluarkan, beberapa diubah menjadi asam karbonik yang dipecah. Sel darah merah juga berfungsi mengatur pH darah sedangkan leukosit berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Karena itulah jumlah maksimum leukosit hanya akan tampak jika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Akan tetapi, jumlah leukosit tetap tidak akan sebanyak jumlah eritrosit manusia. Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Eritrosit Dan Leukosit
Faktor yang pertama adalah jenis kelamin. Sesuai dengan literatur (Hidayati, 2007) jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara ± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3. Akan tetapi, jumlah tersebut tidaklah sama antar individu meskipun memiliki jenis kelamin yang sama. Hal tersebut dikarenakan aktivitas tubuh seseorang berbeda dengan aktivitas orang lain dimana semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel darahnya (khususnya sel darah merah). Kesehatan atau kondisi fisik seseorang juga sangat mempengaruhi jumlah sel darah. Seseorang yang sedang sakit memiliki jumlah sel darah putih yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat karena sel darah putih berfungsi pada proses imunitas/kekebalan tubuh seseorang. Selain itu, berat badan seseorang juga menjadi faktor penentu banyaknya sel darah. Dimana semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel darahnya.
Jumlah sel darah manusia juga bergantung pada faktor keturunan/genetik. Misalnya seseorang yang terkena penyakit Hemofili atau anemia bisa menurunkan penyakit kelainan sel darah tersebut pada generasi selanjutnya.
Usia atau umur juga mempengaruhi jumlah eritrosit. Pada saat bayi baru lahir jumlah eritrosit berkisar 6,83 juta/ml, kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun hingga 4 juta sel/ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta sel/ml. Sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia lima tahun, tetapi sumsum tulang panjang (kecuali bagian humerus dan tibia) menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi sel-sel darah merah setelah kurang lebih usia 20 tahun. Setelah usia ini kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra sternum, iga, dan ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif (Guyton, 1997). 

Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino).  Haemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin. Kadar hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada. Secara fisiologis, hemoglobin sangat penting untuk kehidupan hewan dan sangat menentukan kemampuan kapasitas pengikatan oksigen oleh darah (Evans, 1988).
Menghitung kadar hemoglobin darah
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah manusia (perempuan) 14 g% dan 13% (laki-laki). hasil itu termasuk normal tapi tidak juga rendah karena hemoglobin dikatakan rendaha bila hemoglobinnya di bawah 10 g% karena dari data normal menunjukkan bahwa kadar hemoglobin normal pada manusia berkisar antara 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL. Hal ini sesuai dengan referensi yang di dapatkan dimana Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL. Sedangkan Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin. (Anonimb, 2011).
Tabel Hasil Pengamatan Struktur Darah
Pada hasil praktikum terdapat beberapa perbedaan antara eritrosit katak dan eritrosit manusia, yang pertama adalah dari warna, bentuk dan ukurannya:
1.      Warna
Pada eritrosit manusia lebih merah sedangkan katak berwarna krem. Menurut Udayanti (2012: Html) warna merah pada darah adalah karena adanya protein heme di dalam hemoglobin yang terdapat pada eritrosit. Pada sumber yang sama dikatakan bahwa darah katak maupun manusia memiliki hemoglobin, namun perbedaan tingkat warna merah pada eritrosit ini akan berbeda satu sama lainnya, hal tersebut tergantung banyaknya oksigen yang terkandung di dalamnya, warna eritrosit akan bertambah merah jika mengandung banyak oksigen. Menurut Aryulina (2007) mengatakan bahwa setiap butir eritrosit mengandung hemoglobih yaitu pigmen yang memberi warna merah pada darah. Fungsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin (Aryulina, dkk, 2007: 121).
Artinya darah manusia berwarna merah dapat disebabkan karena didalam sel darah merah (eritrosit) manusia terdapat hemoglobin yang lebih banyak, sehingga kadar oksigen yang diikat lebih banyak, hal tersebut dapat membuat warna eritrosit pada manusia lebih merah dibanding dengan katak. Disamping itu aktifitas manusia tentu lebih kompleks dari katak sehingga hal tersebut sangat mungkin karena manusia akan memasok oksigen lebih banyak untuk keperluan aktifitasnya tersebut.
2.      Bentuk
Menurut Diah Aryulina (2007) Bentuk sel darah merah manusia Eritrosit pada manusia berbentuk cakram bikonkaf, yang merupakan sel gepeng berbentuk piringan yang dibagian tengah dikedua sisinya mencekung,seperti sebuah donat dengan bagian tengah mengepeng bukan berlubang. dengan diameter 8 µm, tepi luar tebalnya 2 µm dan bagian tengah 1 µm. Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Bentuk eritrosit sebenarnya berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Eritrosit  dianggap sebagai kanatung yang dapat berubah menjadi berbagai jenis bentuk (Aryulina, dkk. 2007: 121). Sedangkan, pada katak sedikit oval/ lonjong, sedangkan pada manusia terlihat bulat dengan adanya cekungan pada bagian tengah (bikonkaf). Adapun bentuk sel darah merah (eritrosit), pada katak menurut Hakim dkk (2015) adalah: Selnya berinti, berbentuk bulat panjang, pipih, mengandung hemoglobin yang berguna dalam transportasi O2.  
3.      Ukuran
Eritrosit pada katak terlihat lebih besar daripada eritrosit pada manusia sesuai dengan yang dikatakan Udayanti (2012: Html), hal tersebut karena eritrosit katak memiliki inti yang membuat ukurannya lebih besar, sedangkan eritrosit pada manusia tidak memiliki inti saat mengalami fase eritropoiesis (salah satu proses pembentukan sel darah merah) dan sebagian besar organel seperti mitokondria, badan golgi, dan retikulum endoplasma.
Hal tersebut bertujuan untuk menyediakan tempat yang maksimal untuk hemoglobin. Banyak sekali pembuluh darah yang berukuran sangat sempit bahkan hanya bisa dilewati satu sel darah, sehingga transportasi gas dan makanan harus lebih efisien dengan cara menghilangkan sejumlah organel yang tidak diperlukan dan inti sel. karena ketiadaan inti membuat ruang dalam sel darah merah lebih kosong sehingga bisa mengangkut oksigen lebih banyak untuk dipanen menjadi energi di dalam sel, hal tersebut logis mengingat aktifitas manusia jauh lebih kompleks daripada katak sehingga memungkinkan perbedaan struktur eritrosit diantara keduanya.
 Selain itu Inti sel berfungsi untuk pembelahan sel (mitosis), sedangkan sel darah merah tidak perlu membelah untuk bertambah banyak karena produksi sel darah merah dihasilkan di sumsum tulang. Sel darah merah hewan kelas lain mempunyai inti sel, karena mereka masih memerlukan fungsi inti sel untuk mitosis.
Secara umum pembuluh darah dibedakan menjadi tiga macam yaitu: Pembukuh nadi (arteri), pembluh balik (vena) dan pembuluh kapiler (Yatim, 1990: 185).
Pada hasil pengamatan terlihat adanya pembuluh yang mengalir secara berlawanan, yaitu dari anggota badan anterior menuju ke posterior (ekor) pembuluh ini terlihat lebih tebal dan lebih deras alirannya, yang merupakan pembuluh arteri, sesuai dengan yang dikatakan Maspupah (2014: 19) bahwa arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh jaringan pada tubuh yang lain termasuk ekor, dan relevan dengan pernyataan Isnaeni (2006: 186) bahwa tekanan pembuluh darah arteri lebih besar dan diameternya lebih sempit. Pembuluh darah yang lain mengalirkan darah dari ekor menuju ke anggota badan anterior, terlihat lebih tipis dan alirannya lebih lamban, pembuluh tersebut yakni pembuluh vena yang membawa darah dari seluruh tubuh menuju jantung, sesuai dengan landasan teori bahwa venula dan vena merupakan pembuluh darah yang berfungsi untuk membawa darah dari jaringan kembali ke jantungm tekanannya lebih lambat dari vena, dan mempunyai dinding yang tipis (Isnaeni, 2006: 186). Diantara keduanya terdapat pembuluh darah kecil yang menghubungkan vena dan arteri yaitu kapiler darah yang berperan penting dalam pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Kapiler merupakan saluran mikroskopik yang memiliki dinding sangat tipis dan berpori-pori, kapiler selanjutnya bergabung membentuk lapisan kapiler yang menembus setiap jaringan . kapiler berperan besar dalam pertukaran gas yang terdapat pada darah (Tobi, 2014: 141).
            Diameter yang lebih sempit mengakibatkan aliran darah pada pembuluh arteri lebih deras daripada vena oleh sebab itu arteri dilengkapi dengan struktur dinding yang lebih tebal. Alasan lain mungkin karena arteri merupakan pembuluh yang membawa darah dari jantung, ia menerima darah dari pompaan jantung, sehingga tekanan yang diterimanya kuat, maka untuk mendukung hal tersebut struktur dindingnya harus tebal sebagai bentuk penyesuaian dari aliran darah yang lebih deras sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur tekanan darah agar lebih kuat menerima tekanan darah dari jantung.
Sedangkan vena adalah pembuluh yang menyalurkan darah dari jaringan ke jantung, fungsi tersebut sesuai dengan strukturnya yang mempunyai dinding yang tipis serta diameternya yang lebih besar dari arteri. Lebih sedikit pula mengandung serat otot polos dan serat elastis, tetapi mengandung banyak serat kolagen (Yatim, 1990: 197).
Daftar Pustaka
Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Esis Erlangga
Campbell. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi ke-5. Erlangga: Jakarta.
Evans, P. H. 1988. The Physiology of Fishes 2nd Edition. CRC Press, USA.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku kedokteran: Jakarta
Hadikastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Penerbit Alumni, Bandung.
Hakim, W.L., dkk.  2015. Sistem Peredaran Darah Pada Kecebong.Garut: Pendidikan Biologi
Hidayati, Dewi. 2007. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi ITS : Surabaya.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta: Kanisius
Maspupah, Meti. 2014. Panduan Praktikum Struktur Hewan. Bandung: Pendidikan Biologi UIN SGD BDG
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (Stkip) Garut
Team Pengajar. 2015. Fisiologi Hewan. Bandung: Pendidikan Biologi UIN SGD BDG
Tim Olimpiade Biologi (TOBI). 2014. OSN Biologi. Bandung: Yrama Widya
Udayanti, A.N ., 2012. Tanya Jawab Seputar Darah. (Tersedia) Ayunoviudayanti.blogspot.com/ 2012.html. akses 8 Desember 2018: 22.08
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito.
https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/03/26/lab-menghitung-sel-sel-darah/akses 13/12/15, pukul 16:46.

23 comments:

  1. Artikelnya sangat membatu🤗

    ReplyDelete
  2. Jazakillahu khayran katsiiraan😊

    ReplyDelete
  3. Sangat membantu dan bermanfaat banget bu aneu,. Makasih banget ya bu

    ReplyDelete
  4. Makasih ya.. telah memberikan education tambahan dengan menggunakan teknik modern:)
    Bacanya jadi menyenangkan.. apa lagi yang pake slide:D

    ReplyDelete
  5. Bermanfaat nieh jadii tau..
    Syukron Bu🙏

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah menambah ilmu☺

    ReplyDelete
  7. Alhmdulillah Nambah ilmu lagi😊🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah nambah ilmu tntang kesehatan

    ReplyDelete
  9. Ouh tau nieh jumlah sel darah manusia bergantung pada faktor keturunan,Usia juga mempengaruhi jumlah jumlah eritrosit,Jumlah eritrosit normal pada laki2 dewasa berkisar dan wanita dewasa sehat,dan sebabnya
    Syukron ibuu 🙏
    Jazakillah khoyran

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Dpat Menambah Ilmu Tntang Ksehatn

    ReplyDelete
  11. Syukron bu ilmu nyaa bermanfaan banget Hhehe

    ReplyDelete
  12. Makasih buat ilmunya semoga bermanfaat

    ReplyDelete

Kurikulum merdeka