A. Judul : Darah
B. Tanggal : 13 Desember 2019
C. Tujuan :
1.
Mempelajari
metode untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
2. Mempelajari
metoden untuk mengukur kadar Hb darah dengan menggunakan metode sahli
3. Mengetahui dan memahami sistem peredaran darah
katak sehingga bisa dibedakan antara pembuluh darah arteri, vena dan kapiler
berdasarkan kecepatan aliran darahnya.
4. Memahami bentuk dan struktur sel darah.
Membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia.
D.
Analisis Pembahasan
Secara sederhana darah di definisikan sebagai
cairan yang beredar dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut gas, nutrient
dan bahan sisa metabolisme. Pada vertebrata darah beredar pada pembuluh
darah karena itu peredarannya disebut peredaran darah tertutup (Team Pengajar,
2015: 28).
Darah manusia mengandung komponen plasma dan sel darah.
Sel darah mencakup eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma darah mengandung 90% air dan
berbagai zat terlarut/ tersuspensi di dalamnya. Zat terlarut tersebut mencakup:
protein plasma (albumin, globulin dan fibrinogen), sari makanan, bahan untuk
dibuang tubuh (urea dan senyawa nitrogen), berbagai ion (kalium, klor, fosfat)
dan bahan lain yang terdapat dalam darah (hormone, vitamin, dan enzim) (Isnaeni, 2006: 173-174).
Menghitung Eritrosit
Untuk menghitung jumlah eritrosit, darah dihisap hingga
skala 1 lalu diteruskan dengan menghisap larutan Hayem hingga skala 101,
artinya pengenceran dilakukan 100 kali. Llarutan Hayem sebagai
pengencer eritrosit karena larutan Hayem mengandung zat-zat yang sifatnya tidak
merusak eritrosit. Kandungan larutan Hayem tersebut berupa 5 gr Natrium Sulfat,
1 gr Natrium clorit, formalin 40% dan 200 ml air suling (Syaifuddin, 1997).
Natrium Sulfat merupakan salah satu zat antikoagulan
sehingga mencegah aglutinasi atau penggumpalan darah. Selain itu, Natrium
Sulfat berfungsi untuk melisiskan trombosit dan leukosit sehingga ketika
pengamatan di bawah lensa objektif mikroskop hanya eritrosit saja yang
terlihat. Natrium clorit pada larutan Hayem berfungsi sebagai zat isotonis pada
eritrosit, sedangkan formalin 40% berfungsi untuk mengawetkan atau
mempertahankan bentuk discoid eritrosit (Syaifuddin, 1997).
Dari literatur
lain boleh dipakai larutan GOWERS : natrium sulfat 12,5 g; asam asetat glasial
33,3 ml; aquadest ad 200 ml (Yayan, 2013: html)..
Setelah pengenceran kedua ujung pipet dipegang dan
dikocok selama dua menit dimana pengocokan tersebut berfungsi untuk
menghomogenkan larutan yang ada di dalam pipet thoma. Setelah itu sebelum
dimasukkan ke dalam Haemacytometer, dua tetesan darah pertama dibuang. Prosedur
ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akurasi (validitas) sel darah
yang akan dihitung karena pada ujung pipet thoma kemungkinan kecil tidak
terdapat sel-sel darah, dimana ada dua kemungkinan. Pertama bagian ujung pipet
thoma adalah larutan Hayem sedangkan darah terdapat di bagian pangkal (atas)
pipet. Hal tersebut berkaitan dengan massa jenis sel darah dan larutan Hayem
dimana massa jenis sel darah lebih rendah dibandingkan massa jenis larutan
Hayem sehingga sel darah terletak di atas larutan Hayem. Kemungkinan kedua adalah
saat pengocokan darah dan larutan Hayem tercampur sempurna hanya pada gelembung
pipet. Kemungkinan ujung pipet telah diisi oleh darah yang mengendap sehingga
sulit dilewati oleh larutan di dalam pipet thoma. Oleh karena itulah larutan di
ujung pipet harus dibuang agar data yang di dapatkan benar-benar akurat.
Menghitung Sel Darah Putih (Leukosit)
Dengan cara yang sama pada percobaan pertama, darah
diambil dari probandus. Namun terdapat perbedaan yaitu pada pipet yang
digunakan menggunakan skala 11 dan larutan pengencer yang digunakan adalah
larutan turk. Komposisi dari larutan Turk adalah 2% asam asetat glasial
dan 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 475 ml air suling. Syaifuddin
(1997) mengemukakan bahwa asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan
eritrosit dan trombosit, sedangkan gentian violet merupakan zat warna ungu
bersifat basa yang dapat berikatan dengan inti dan sitoplasma sel
sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang selanjutnya memudahkan
perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel darah putih.
Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 kali.
Hal ini disebabkan jumlah leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, yaitu 7.000-9.000 SDP/mm3
sehingga untuk menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi.
Tabel Gambar Perbandingan Eritrosit dan Leukosit Pada Manusia
Tabel
Perbandingan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Pada Manusia
Jumlah
setiap kotak
|
Jumlah
Sel Darah
|
Sel
Darah Merah (SDM)
|
|
Kotak 1 = 160
Kotak 2 = 123
Kotak 3 = 127
Kotak 4 = 154
Kotak 5 = 159
|
SDM
= nexpx50
SDM =
703x101x50
= 3.550.150
|
Sel Darah Putih (SDP)
|
|
Kotak 1 = 415
Kotak 2 = 402
Kotak 3 = 590
Kotak 4 = 457
Kotak 5 = 800
|
SDP
= nixpx2
SDP
= 2667x11x2 = 58.674
|
*ketetapan, p:besarnya pengenceran
SDM 101, SDP 11
Dari hasil
perhitungan dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit dari satu sempel terebut
kurang dari normal. Hal ini dikarenakan selisih antara jumlah eritrosit normal
dan data hasil praktikum berbeda jauh atau signifikan. Pada wanita normal memiliki 4,8 juta sel darah
merah permikroliter darah. Sedangkan pada pria memiliki 5,4 juta sel (Aryulina,
2007: 121).
Namun, jumlah eritrosit pada Jujul hanya 3.550. 150 sel/mm3. Ketidaknormalan jumlah sel darah merah pada probandus ini dikarenakanan
adanya beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah pengenceran yang kurang
besar sehingga sel darah merah terlihat menumpuk dan mengurangi keakuratan
penghitungan. Selain itu, keabnormalan tersebut dapat pula diindikasikan
sebagai akibat kurang telitinya praktikan sewaktu melakukan perhitungan di
bawah lensa mikroskop. Faktor lainnya adalah kondisi tubuh yang kurang sehat
dimana probandus Mahmud baru saja dirawat di rumah sakit sehingga dapat
dikatakan kondisi fisik masih lemah.Menurut Guyton (1997) kondisi fisik
seseorang dapat mempengaruhi volume sel darah merahnya.
Dari hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa jumlah
leukosit dari semua probandus adalah tidak normal. jumlah leukositnya hanya 1475 SDP/mm3. Dalam sel darah, jumlah leukosit lebih sedikit
dibandingkan dengan sel darah merah. Hal ini terkait dengan fungsi leukosit dan
eritrosit. Menurut Campbell (2004), eritrosit berfungsi untuk mengangkut atau
membawa oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dari paru-paru ke seluruh
jaringan dan organ. Beberapa karbon dioksida yang dihasilkan di dalam jaringan
dan organ juga diangkut berikatan dengan hemoglobin ke paru-paru dan
dikeluarkan, beberapa diubah menjadi asam karbonik yang dipecah. Sel darah
merah juga berfungsi mengatur pH darah sedangkan leukosit berfungsi sebagai pengatur
sistem imun pada tubuh. Karena itulah jumlah maksimum leukosit hanya akan
tampak jika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Akan tetapi, jumlah
leukosit tetap tidak akan sebanyak jumlah eritrosit manusia. Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Eritrosit Dan Leukosit
Faktor yang pertama adalah jenis
kelamin. Sesuai dengan literatur (Hidayati, 2007) jumlah eritrosit normal pada
laki-laki dewasa berkisar antara ± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita
dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3. Akan tetapi, jumlah tersebut
tidaklah sama antar individu meskipun memiliki jenis kelamin yang sama. Hal
tersebut dikarenakan aktivitas tubuh seseorang berbeda dengan aktivitas orang
lain dimana semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel
darahnya (khususnya sel darah merah). Kesehatan atau kondisi fisik seseorang
juga sangat mempengaruhi jumlah sel darah. Seseorang yang sedang sakit memiliki
jumlah sel darah putih yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat
karena sel darah putih berfungsi pada proses imunitas/kekebalan tubuh
seseorang. Selain itu, berat badan seseorang juga menjadi faktor penentu
banyaknya sel darah. Dimana semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel
darahnya.
Jumlah sel darah manusia juga
bergantung pada faktor keturunan/genetik. Misalnya seseorang yang terkena
penyakit Hemofili atau anemia bisa menurunkan penyakit kelainan sel darah
tersebut pada generasi selanjutnya.
Usia atau umur juga mempengaruhi jumlah
eritrosit. Pada saat bayi baru lahir jumlah eritrosit berkisar 6,83 juta/ml,
kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun hingga 4 juta sel/ml,
kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta sel/ml. Sumsum
tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia
lima tahun, tetapi sumsum tulang panjang (kecuali bagian humerus dan tibia)
menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi sel-sel darah merah setelah
kurang lebih usia 20 tahun. Setelah usia ini kebanyakan sel darah merah
diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra sternum, iga, dan
ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif (Guyton,
1997).
Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks
terdiri atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang
merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino). Haemoglobin yang
mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin. Kadar
hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada. Secara
fisiologis, hemoglobin sangat penting untuk kehidupan hewan dan sangat
menentukan kemampuan kapasitas pengikatan oksigen oleh darah (Evans, 1988).
Menghitung
kadar hemoglobin darah
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah manusia (perempuan) 14 g%
dan 13% (laki-laki). hasil itu termasuk normal tapi tidak juga rendah karena
hemoglobin dikatakan rendaha bila hemoglobinnya di bawah 10 g% karena dari data
normal menunjukkan bahwa kadar hemoglobin normal pada manusia berkisar antara
13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL. Hal ini sesuai dengan referensi yang
di dapatkan dimana Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan
dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain
pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik,
dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb
< 5 gram/dL. Sedangkan Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan
dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor
pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk
pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
(Anonimb, 2011).
Tabel Hasil
Pengamatan Struktur Darah
Pada hasil praktikum
terdapat beberapa perbedaan antara eritrosit katak dan eritrosit manusia, yang pertama adalah dari warna, bentuk
dan ukurannya:
1. Warna
Pada eritrosit manusia lebih merah sedangkan katak berwarna krem. Menurut
Udayanti (2012: Html) warna merah pada darah adalah karena adanya protein heme
di dalam hemoglobin yang terdapat pada eritrosit. Pada sumber yang sama
dikatakan bahwa darah katak maupun manusia memiliki hemoglobin, namun perbedaan
tingkat warna merah pada eritrosit ini akan berbeda satu sama lainnya, hal
tersebut tergantung banyaknya oksigen yang terkandung di dalamnya, warna
eritrosit akan bertambah merah jika mengandung banyak oksigen. Menurut Aryulina
(2007) mengatakan bahwa setiap butir eritrosit mengandung hemoglobih yaitu
pigmen yang memberi warna merah pada darah. Fungsi utama hemoglobin adalah
mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin (Aryulina,
dkk, 2007: 121).
Artinya darah manusia berwarna merah dapat disebabkan
karena didalam sel darah merah (eritrosit) manusia terdapat hemoglobin yang
lebih banyak, sehingga kadar oksigen yang diikat lebih banyak, hal tersebut
dapat membuat warna eritrosit pada manusia lebih merah dibanding dengan katak.
Disamping itu aktifitas manusia tentu lebih kompleks dari katak sehingga hal
tersebut sangat mungkin karena manusia akan memasok oksigen lebih banyak untuk
keperluan aktifitasnya tersebut.
2.
Bentuk
Menurut Diah Aryulina (2007) Bentuk sel darah merah
manusia Eritrosit pada manusia berbentuk cakram bikonkaf, yang merupakan sel
gepeng berbentuk piringan yang dibagian tengah dikedua sisinya
mencekung,seperti sebuah donat dengan bagian tengah mengepeng bukan berlubang.
dengan diameter 8 µm, tepi luar tebalnya 2 µm dan bagian tengah 1 µm. Sel darah
merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan kebanyakan sel
pada manusia. Bentuk eritrosit sebenarnya berubah-ubah, seperti ketika sel-sel
tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Eritrosit dianggap sebagai kanatung yang dapat berubah
menjadi berbagai jenis bentuk (Aryulina, dkk. 2007: 121). Sedangkan, pada katak sedikit oval/ lonjong, sedangkan pada manusia terlihat bulat
dengan adanya cekungan pada bagian tengah (bikonkaf). Adapun bentuk sel darah
merah (eritrosit), pada katak menurut Hakim dkk (2015) adalah: Selnya berinti, berbentuk
bulat panjang, pipih, mengandung hemoglobin yang berguna dalam transportasi O2.
3.
Ukuran
Eritrosit pada katak terlihat lebih besar daripada
eritrosit pada manusia sesuai dengan yang dikatakan Udayanti (2012: Html), hal
tersebut karena eritrosit katak memiliki inti yang membuat ukurannya lebih
besar, sedangkan eritrosit pada manusia tidak memiliki inti saat mengalami fase eritropoiesis (salah satu proses
pembentukan sel darah merah) dan sebagian besar organel seperti mitokondria, badan golgi, dan retikulum endoplasma.
Hal tersebut bertujuan untuk
menyediakan tempat yang maksimal untuk hemoglobin. Banyak sekali pembuluh darah
yang berukuran sangat sempit bahkan hanya bisa dilewati satu sel darah,
sehingga transportasi gas dan makanan harus lebih efisien dengan cara
menghilangkan sejumlah organel yang tidak diperlukan dan inti sel. karena ketiadaan inti membuat ruang dalam sel darah merah lebih kosong
sehingga bisa mengangkut oksigen lebih banyak untuk dipanen menjadi energi di
dalam sel, hal tersebut logis mengingat aktifitas manusia jauh lebih kompleks
daripada katak sehingga memungkinkan perbedaan struktur eritrosit diantara
keduanya.
Selain
itu Inti sel berfungsi untuk pembelahan sel (mitosis), sedangkan sel
darah merah tidak perlu membelah untuk bertambah banyak karena produksi sel
darah merah dihasilkan di sumsum tulang. Sel darah merah hewan kelas lain
mempunyai inti sel, karena mereka masih memerlukan fungsi inti sel untuk
mitosis.
Secara umum pembuluh darah dibedakan menjadi tiga macam yaitu: Pembukuh nadi
(arteri), pembluh balik (vena) dan pembuluh kapiler
(Yatim, 1990: 185).
Pada hasil pengamatan terlihat adanya pembuluh yang mengalir secara
berlawanan, yaitu dari anggota badan anterior menuju ke posterior (ekor)
pembuluh ini terlihat lebih tebal dan lebih deras alirannya, yang merupakan pembuluh
arteri, sesuai dengan yang dikatakan Maspupah (2014: 19) bahwa arteri adalah
pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh jaringan pada tubuh yang
lain termasuk ekor, dan relevan dengan pernyataan Isnaeni (2006: 186) bahwa
tekanan pembuluh darah arteri lebih besar dan diameternya lebih sempit.
Pembuluh darah yang lain mengalirkan darah dari ekor menuju ke anggota badan
anterior, terlihat lebih tipis dan alirannya lebih lamban, pembuluh tersebut
yakni pembuluh vena yang membawa darah dari seluruh tubuh menuju jantung,
sesuai dengan landasan teori bahwa venula dan vena merupakan pembuluh darah
yang berfungsi untuk membawa darah dari jaringan kembali ke jantungm tekanannya
lebih lambat dari vena, dan mempunyai dinding yang tipis (Isnaeni, 2006: 186).
Diantara keduanya terdapat pembuluh darah kecil yang menghubungkan vena dan
arteri yaitu kapiler darah yang berperan penting dalam pertukaran gas oksigen
dan karbon dioksida.
Kapiler merupakan saluran mikroskopik yang memiliki dinding sangat tipis
dan berpori-pori, kapiler selanjutnya bergabung membentuk lapisan kapiler yang
menembus setiap jaringan . kapiler berperan besar dalam pertukaran gas yang
terdapat pada darah (Tobi, 2014: 141).
Diameter yang lebih sempit
mengakibatkan aliran darah pada pembuluh arteri lebih deras daripada vena oleh
sebab itu arteri dilengkapi dengan struktur dinding yang lebih tebal. Alasan
lain mungkin karena arteri merupakan pembuluh yang membawa darah dari jantung,
ia menerima darah dari pompaan jantung, sehingga tekanan yang diterimanya kuat,
maka untuk mendukung hal tersebut struktur dindingnya harus tebal sebagai
bentuk penyesuaian dari aliran darah yang lebih deras sesuai dengan fungsinya
sebagai pengatur tekanan darah agar lebih kuat menerima tekanan darah dari
jantung.
Sedangkan vena adalah pembuluh yang menyalurkan darah dari jaringan ke jantung, fungsi tersebut sesuai dengan strukturnya yang mempunyai dinding yang
tipis serta diameternya yang lebih besar dari arteri. Lebih sedikit pula mengandung serat otot polos dan
serat elastis, tetapi mengandung banyak serat kolagen (Yatim, 1990: 197).
Daftar Pustaka
Aryulina, Diah,
dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Esis Erlangga
Campbell. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi
ke-5. Erlangga: Jakarta.
Evans, P. H. 1988. The Physiology of Fishes
2nd Edition. CRC Press, USA.
Guyton dan
Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku kedokteran:
Jakarta
Hadikastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Penerbit Alumni,
Bandung.
Hakim, W.L., dkk. 2015. Sistem Peredaran Darah Pada Kecebong.Garut: Pendidikan
Biologi
Hidayati, Dewi.
2007. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi ITS : Surabaya.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan.Yogyakarta: Kanisius
Maspupah, Meti. 2014. Panduan
Praktikum Struktur Hewan. Bandung: Pendidikan Biologi UIN SGD BDG
Sekolah
Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (Stkip) Garut
Team Pengajar. 2015. Fisiologi Hewan.
Bandung: Pendidikan Biologi UIN SGD BDG
Tim Olimpiade Biologi (TOBI). 2014. OSN
Biologi. Bandung: Yrama Widya
Udayanti, A.N ., 2012. Tanya Jawab
Seputar Darah. (Tersedia) Ayunoviudayanti.blogspot.com/ 2012.html. akses 8 Desember 2018: 22.08
Yatim, Wildan.
1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito.
https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/03/26/lab-menghitung-sel-sel-darah/akses
13/12/15, pukul 16:46.
Good job👍
ReplyDeleteArtikelnya sangat membatu🤗
ReplyDeleteJazakillahu khayran katsiiraan😊
ReplyDeleteSangat bermanfaat,...
ReplyDeleteSangat membantu dan bermanfaat banget bu aneu,. Makasih banget ya bu
ReplyDeleteMakasih ya.. telah memberikan education tambahan dengan menggunakan teknik modern:)
ReplyDeleteBacanya jadi menyenangkan.. apa lagi yang pake slide:D
Bermanfaat sekali...😊
ReplyDeleteAlhamdulillah bertambah ilmu
ReplyDeleteManfaat sekali
ReplyDeleteBermanfaat nieh jadii tau..
ReplyDeleteSyukron Bu🙏
Alhamdulillah menambah ilmu☺
ReplyDeleteAlhmdulillah Nambah ilmu lagi😊🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah nambah ilmu tntang kesehatan
ReplyDeleteTrimakasihh♡
ReplyDeleteTerimakasih sangat membantu
ReplyDeleteOuh tau nieh jumlah sel darah manusia bergantung pada faktor keturunan,Usia juga mempengaruhi jumlah jumlah eritrosit,Jumlah eritrosit normal pada laki2 dewasa berkisar dan wanita dewasa sehat,dan sebabnya
ReplyDeleteSyukron ibuu 🙏
Jazakillah khoyran
Makasih buu
ReplyDelete-Rsha
Ouh nu kamari😅
ReplyDeleteThank you bu👍😊
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeleteAlhamdulillah Dpat Menambah Ilmu Tntang Ksehatn
ReplyDeleteSyukron bu ilmu nyaa bermanfaan banget Hhehe
ReplyDeleteMakasih buat ilmunya semoga bermanfaat
ReplyDelete